200 Juta Orang Meninggal Setiap Tahun, Akibat Penyalahgunaan Narkoba

Posted by sulthan on Selasa, 25 Juni 2013

Permasalahan penyalahgunaan narkoba telah menjadi perhatian dunia, perhatian tersebut dikarenakan adanya kecenderungan terjadi peningkatan jumlah pecandu, penyalah guna dan korban penyalah guna narkoba, Sedangkan di sisi lain, berkembang juga peredaran narkoba yang dikendalikan oleh jaringan sindikat narkoba yang cukup besar dan tersebar di seluruh dunia.

Dalam release BNN tanggal 24 Juni 2013 menyebutkan memperingati Hari Anti Narkkoba Internasional, tahun 2013 dengan tema; Global Action for Healthy Communities Without Drugs” 
Menurut “world drug report tahun 2012” yang diterbitkan oleh UNODC, organisasi dunia yang menangani masalah narkoba dan kriminal, diperkirakan terdapat 300 juta orang yang berusia produktif, antara 15 sampai 64 tahun yang mengonsumsi narkoba, dan kurang lebih 200 juta orang meninggal dunia setiap tahunnya, akibat penyalahgunaan narkoba.

Saat ini di dunia juga telah teridentifikasi narkoba jenis baru, baik alami maupun sintetis yang disebut dengan zat psikoaktif baru atau new psychoactive substances, yang jumlahnya mencapai 251 macam zat, zat baru ini belum terjangkau oleh aturan hukum yang berlaku di setiap negara.

Di Indonesia juga dihadapkan pada permasalahan narkoba yang cukup memprihatinkan, hasil survei nasional terhadap penyalahgunaan narkoba pada tahun 2011, diperkirakan prevalensi pengguna narkoba, sebesar 2,2%, atau dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa terdapat 4 juta penduduk Indonesia sebagai penyalah guna narkoba.
Dalam Instruksi Presiden Nomor 12 Tahun 2011, dimana substansinya mendorong seluruh kementerian, lembaga pemerintah non kementerian, gubernur, bupati, walikota, dan dunia usaha serta masyarakat untuk melakukan upaya pencegahan, rehabilitasi pecandu narkotika dan membantu pemberantasan produsen serta peredaran gelap narkoba, diperoleh gambaran bahwa upaya tersebut sudah berjalan namun harus ditingkatkan.
Depenalisasi dan dekriminalisasi terhadap penyalah guna narkoba sebagaimana diatur di dalam undang–undang narkotika nomor 35 tahun 2009, yang merupakan kerangka untuk menurunkan prevalensi penyalah guna narkoba secara sukarela maupun dipaksa oleh undang–undang, belum berjalan secara maksimal, dikarenakan dibutuhkan paradigma baru, bahwa penyalah guna narkoba harus direhabilitasi.
Upaya pengungkapan terhadap produsen dan jaringan peredaran gelap narkoba telah dilakukan secara massif. Jumlah tersangka dan jumlah barang bukti yang disita cukup besar, tetapi masih relatif sedikit dibandingkan yang beredar, karena kebutuhan konsumen narkoba sudah terlanjur cukup besar.
Pada puncak HANI 2013 yang dilaksanakan di Istana Negara, Presiden Republik Indonesia bersama Kepala BNN juga memberikan penghargaan kepada 3 (tiga) yayasan yang concern terhadap pemulihan (rehabilitasi) korban penyalahgunaan narkoba, yaitu yayasan Bani Syifa Bendung Baru Pamarayan Banten, Yayasan Penuai Indonesia Cianjur, dan Yayasan Pondok Rehabilitasi Tetirah Dzikir Yogyakarta. 

Writer: Sumadi Arsyah
Selengkapnya

Gerakan Ayo Perangi Narkoba Dideklarasikan

Posted by sulthan on Senin, 24 Juni 2013


IndoDrugs - Gerakan Ayo Perangi Narkoba dideklarasikan pada peringatan Hari Anti Narkoba Internasional (HANI) 2013 oleh 250 elemen sipil.

"Narkoba merupakan masalah bersama yang berdampak negatif terhadap ketahanan sosial kesehatan masyarakat serta meningkatnya kasus hukum," kata Sekjen Kementerian Sosial Toto Utomo Budi Santosa di Jakarta, Minggu (23/6/2013).


Peringatan HANI 2013 yang digelar di Plaza Barat Gelora Bung Karno itu turut dihadiri Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) Anang Iskandar, Direktur Lembaga Napza Kemensos Waskito Budi Santosa, Deputi III Menko Kesra Emil Agustiono, dan sejumlah pejabat lainnya.

Acara ini juga dihadiri Presiden Lumbung Informasi Rakyat (Lira) Jusuf Rizal selaku Ketua Umum HANI 2013.

Deklarasi dalam Apel Siaga juga disertai pembentukan Brigade Anti Narkoba Indonesia (BANI) yang melatih masyarakat dan generasi muda agar lebih memahami mengenai narkoba karena saat ini muncul berbagai jenis narkoba baru, termasuk juga penggunaan jarum suntik terkait dengan HIV AIDS.

Selain itu, acara deklarasi juga diisi berbagai kegiatan seperti senam, gerak jalan, gerakan ayo perangi narkoba to school dan gerakan ayo perangi narkoba di kampus, juga dibuat liga sepak bola liga taruna, serta pembagian doorprize.

Saat ini muncul 250 jenis narkoba baru masuk ke Indonesia di mana terdata jumlah penduduk tercatat mencapai empat juta orang dan sebagian besar usia produktif.

"Setiap tahun terjadi peningkatan satu persen pengguna baru, hal itu disebabkan penanganan kurang efektif dan terbatasnya tempat rehabilitasi," tambah Toto.

Jumlah lembaga kesejahteraan sosial di bidang rehabilitasi sosial sebanyak 99 lembaga di antaranya dua unit pelaksana teknis Kemensos, lima UPTD provinsi, dan 92 lembaga yang didirikan masyarakat.

Ketua Umum HANI 2013, Jusuf Rizal, mengatakan, peredaran narkoba sudah sangat meresahkan. Bahkan Indonesia bukan hanya menjadi tempat transit bahan aditif tersebut tapi juga merupakan bagian sindikat internasional seperti yang ditemukan di Cengkareng.

Untuk itu, gerakan Ayo Perangi Narkoba akan disosialisasikan ke berbagai tempat bekerja sama dengan pihak-pihak terkait dan gubernur seluruh Indonesia.

Gerakan ini diharapkan bisa jadi stimulan untuk menggerakkan masyarakat Indonesia memerangi narkoba.

Sumber: Kompas

Selengkapnya

Presiden: Korban Narkoba Direhabilitasi, Bukan di Lapas

Posted by sulthan

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menilai ada kesalahan pendekatan penanganan terhadap para korban penyalahgunaan narkotika dan obat-obat terlarang oleh jajaran pemerintah. Akibatnya, solusi penanganannya tidak tepat.
Presiden menilai banyak generasi muda telah menjadi korban kasus narkoba. Mereka umumnya bukan pelaku kejahatan seperti pengedar atau bandar narkoba. Maka itu, penanganan yang tepat seharusnya melalui rehabilitasi, bukan proses hukum. Seusai mengikuti rehabilitasi, mereka diharapkan dapat kembali ke tengah masyarakat.
Hal itu dikatakan Presiden ketika memberikan arahan pada Peringatan Hari Anti Narkoba Internasional di Istana Negara, Jakarta, Senin (24/6/2013). Acara itu dihadiri pimpinan lembaga tinggi negara, anggota Kabinet Indonesia Bersatu II, dan undangan lain.
"Generasi muda kita yang menjadi korban sudah kehilangan masa lalu dan masa kini. Jangan sampai mereka kehilangan masa depan. Caranya bimbing kembali. Solusinya bukan lapas, tapi pusat rehabilitasi. Konsepnya bukan dihukum, tapi diselamatkan," kata Presiden.
Presiden menambahkan, jika mereka yang menjadi korban malah diproses hukum, bisa jadi mereka malah masuk ke wilayah gelap setelah berada di lapas. Sebaliknya, jika dibimbing untuk bertobat di lingkungannya sendiri, kata Presiden, mereka akan kembali ke kehidupan yang benar.
"Saya mengajak rakyat Indonesia, termasuk jajaran pemerintah pusat daerah agar mempunyai cara pandang dan pemahaman yang sama," kata Presiden.
Sumber: Kompas
Selengkapnya

Kutipan Beberapa Pasal UU 35 Tahun 2009 tentang Narkotika

Posted by sulthan on Minggu, 23 Juni 2013

Undang - Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika telah diundangkan pada tanggal 12 Oktober 2009 dan ditetapkan dalam Lembaran Negera RI Tahun 2009 Nomor 143 serta Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5062.

Berikut beberapa pasal terkait dengan peran serta masyarakat dalam upaya Pencegahan, Pemberantasan Penyalahguna dan Peredaran Gelap Narkotika (P4GN).


Pasal 104

Masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk berperan serta membantu pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika.

Pasal 105

Masyarakat mempunyai hak dan tanggung jawab dalam upaya pencegahan dan pemberantasan penyalahguna dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika.

Pasal 107

Masyarakat dapat melaporkan kepada pejabat yang berwenang atau BNN jika mengetahui adanya penyalahguna atau peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika.





Sumber: UU Narkotika
Selengkapnya

Kiat Bercerai Dengan Rokok

Posted by sulthan on Selasa, 18 Juni 2013

Bagi pecandu, Merokok adalah obat mujarab untuk membunuh kesepian dan kecanduan, sebaliknya bagi sebagian orang dianggap membawa mudarat yang lebih besar daripada manfaat.

Dan untuk pemerintah lain ceritanya karena bermanfaat sebagai sebagai sumber pemasukan pajak yang sangat tinggi.

Di beberapa negara maju survei membuktikan jumlah korban "perokok primer dan sekunder" setiap tahun meningkat yang merugikan karena uang para pembayar pajak 'tax payers money' sebagian digunakan untuk biaya pengobatan penyakit yang diderita akibat rokok.

Para pembayar pajak merasa 'ketiban getah' dari ulah perokok. Mengapa orang lain yang merokok tapi biaya pengobatan mesti ditanggung pula oleh mereka?

Mengingat slogan tersebut diatas, Pemerintah jelas malu-malu kucing mengakui bahwa merokok akan membawa mudarat lebih besar daripada manfaat.

Tingkatan kecanduan rokok berbeda-beda. Tingkat biasa-biasa saja yang mengaku merokok cuma perbuatan iseng saja, entah benar atau tidak.

Tingkat berikutnya adalah merokok sebagai kebutuhan dan akan merasa pusing bila tidak menemukan rokok. Tingkat stadium lanjut adalah perokok yang harus menghisap rokok dan stadium inilah yang paling berbahaya atau paling
merugikan.

Pada stadium ini, perokok rata-rata sudah sangat sukar untuk meninggalkan kebiasaan buruk ini. Memang merokok adakalanya dianggap sebagai penambah percaya diri dan dapat menambah keren penampilan (benar atau tidak sampai saat ini belu dapat dibuktikan).

Ada pula perokok yang mengakui bisa dan mampu berhenti merokok serta merta tanpa stress.

Saya adalah mantan perokok berat. Saya mengenal rokok ketika masih SMP tahun 1970 an dan berlangsung sampai 17 Pebruari 1985.

Dan saya pernah mengalami stadium lanjut dalam merokok yang membuat saya sangat tersiksa lahir batin dimana saya menghabiskan rokok rata-rata 4-5 bungkus dalam 1 hari.

Didorong oleh keinginan berbagi rasa dengan sesama, saya ingin berbagi pengalaman mudah-mudahan bermanfaat bagi pembaca yang tertarik.

Metode yang akhirnya menyelamatkan saya dari rokok sangat sederhana dan tidak memerlukan biaya sama sekali. Bahkan secara ekonomis sangat membantu karena jumlah rokok yang dihisap akan berkurang setiap hari.

Yang penting diingat modal awal hanyalah niat untuk melepaskan diri dari cengkraman rokok. Langkah-langkah yang harus dijalani adalah:

  • Siapkan mental bahwa anda bertekad untuk behenti merokok.
  • Awali dengan menghindarkan atau menghentikan minum kopi dan diganti dengan teh manis atau permen. Paling baik adalah minum air putih beberapa gelas setiap kali anda bangun pagi.
  • Selanjutnya ikuti jadwal sebgai berikut
  • Anda boleh merokok setiap hari dengan pengaturan sbb.:
  1. Tanggal 01 s/d 07 merokok pada/setelah pukul 10 pagi
  2. Tanggal 08 s/d 14 merokok pada/setelah pukul 12 (makan siang)
  3. Tanggal 15 s/d 21 merokok pada/setelah pukul 15 sore
  4. Tanggal 22 s/d 28 merokok pada/setelah pukul 17 sore
  5. Tanggal 29 s/d 03 merokok pada/setelah pukul 20 (makan malam)
Setlah jadwal tersebut rutin dilaksanakan, cobalah merokok diluar jadwal tersebut. Anda akan merasakan pahitnya asap rokok dan aroma yang akan membuat anda benci rokok.

Bila godaan untuk merokok masih mengganggu cobalah alihkan perhatian anda dengan mengikuti olah raga ringan dan biasakan minum air mineral.

Bila program ini sudah anda jalankan, jangan senang dulu. Ancaman yang paling besar datangnya dari teman-teman yang kebetulan perokok dan biasanya akan menawarkan rokok kepada anda.

Bila masa transisi (1 minggu) sudah dapat anda lalui, maka dengan selamat anda telah berhasil mendapatkan keaggotaan Non Smoker Society, seperti saya. Tidur lebih nyenyak, bekerja lebih semangat, dan hidup terasa lebih bergairah dan sehat.

Selamat mencoba, semoga berhasil.

*Penulis adalah Mantan perokok berat yang berhenti total sejak 17 Februari 1985 setelah mengikuti program di atas.



Sumber: Detik.com
Selengkapnya

Selamatkan Pemakai, Hukum Mati Bandar Narkoba

Posted by sulthan on Minggu, 16 Juni 2013

Korban narkoba bukanlah penjahat, tetapikorban dari kejahatan orang lain. Korban narkoba bukan aib keluarga, tetapi bencana nasional.

Ungkapan di atas adalah refleksi pengalaman dan pemikiran HM. Kamaluddin Lubis, SH menangani korban narkoba yang adalah anaknya sendiri. Diakuinya banyak hikmah dan pelajaran yang bisa dipetik sejak adanya musibah yang menimpa keluarganya. Usaha dan sikapnya saat ini, merupakan cermin dari sikap dan usaha yang dimiliki oleh putranya M. Baron Bahri Lubis (alm.) yang meninggalkan dirinya dua tahun yang lalu akibat jerat narkoba. Kamal, panggilan akrab Kamaluddin, menceritakan bahwa putra ketiganya sangat gigih dalam membantu teman-temannya yang mempunyai nasib seperti dirinya untuk sembuh dari jeratan narkoba. "Mungkin karena ia juga merasakannya," ungkap Kamal.

Kamal bercerita, putranya selalu meminta kepada siapapun agar jangan pernah ada pasien penyalahguna narkoba yang ditolak untuk direhabilitasi. Karena sikap anaknya itu pula, yang kian mendorong Kamal untuk lebih peduli terhadap para korban narkoba. la pun jadi lebih memahami dan menguasai permasalahan narkoba.

"Dia meminta agar jangan ada pasien yang ditolak untuk direhabilitasi walaupun orang tersebut kurang mampu. Mendorong saya untuk lebih banyak lagi membantu orang lain yang membutuhkan bantuan. Kemudian saya dapat berbagi pengalaman dan cerita dengan sesama keluarga yang mempunyai masalah narkoba. Dan ini membuat saya lebih banyak menguasai permasalahan narkoba. Hikmah lainnya saya sadar bahwa Tuhan lebih cepat mengambil anak saya karena Tuhan sayang sama dia dan ini membuat hidup saya lebih tenang. Dan kepedulian terhadap keluarga sendiri maupun keluarga besar kami pun jadi lebih tinggi," lirih pengacara asal Medan, Sumatera Utara ini menuturkan.

Awalnya Terkejut

Mulanya, Kamal sangat terkejut ketika mengetahui Baron ? begitu sapaan akrab putra ketiga dari empat anaknya - telah terperangkap dalam penyalahgunaan narkoba. Namun, lama-kelamaan Kamal dapat menerima kenyataan tersebut dengan lapang dada. Baginya, almarhum Baron adalah anak yang terbuka. la juga menilai, putranya memiliki sifat penggembira, dekat dengan keluarga, dan mudah bergaul tanpa membeda-bedakan miskin dan kaya.

Ditambahkan, Baron juga seorang anak yang aktif berorganisasi baik di lingkungan sekolah maupun luar sekolah. Menurut Kamal, almarhum anaknya sangat dekat dengan dirinya dibanding dengan ibunya. "Kami sering pergi berdua dan bercerita tentang segala hal. Dia juga sering curhat dengan saya," kenang pria yang genap berusia 66 tahun ini.

Diungkapkan, almarhum Baron pertama kali memakai narkoba ketika kelas tiga Sekolah Menengah Pertama (SMP). Akibat dari pergaulan pula, menurut Kamal, anaknya terjerumus dalam kebiasaan tidak sehat tersebut. Saat itu Baron mulai mencoba kebiasaan merokok. "Lama kelamaan, ganja dicobanya. Hingga akhirnya shabu dan putaw," tutur Kamal.

Dirinya juga tidak setuju bila dikatakan bahwa penyebab sang anak bisa rerjerumus dalam dunia narkoba dikarenakan kesibukannya yang menyebabkan kurang perhatian kepada anak-anak. "Saya memang sibuk, tapi ibunya tetap di rumah untuk melayani keluarga. Kebersamaan dan kasih sayang selalu ada dalam keluarga. Kami selalu bepergian bersama ketika hari libur. Saya rasa itu tidak menjadi masalah bagi keluarga saya," tegasnya.

Iapun mengakui, pola pendidikan yang diterapkan dalam keluarga pun sebenarnya telah bisa untuk membentengi anak-anaknya dari hal-hal negatif. Dikatakan oleh Kamal, pendidikan yang ditempakan dalam keluarga adalah pendidikan yang bebas dan bertanggung jawab. Maksudnya, anak-anak diberi kebebasan dalam memilih segala hal, mulai dari pendidikan, cita-cita, teman-teman, dan kegiatan luar rumah. Namun, kata Kamal, semua yang dipilih hams dipertanggungjawabkan dengan benar. "Contohnya, saya hams dikenalkan dengan keluarga teman-temannya. Kemudian belajar dengan benar sesuai yang dicita-citakan," ujarnya lagi.

Lakukan Pendekatan

Setelah terkena narkoba, kata Kamal, sifat Baron memang sedikit berubah. Perbedaan fisik tidak ada, dan perbedaan psikis juga pada awalnya tidak tampak. Namun, lambat laun Baron jadi sering malas berkumpul dan bercerita dengan keluarga serta mulai menjauhkan diri dari aktivitas keluarga. "Emosinya suka berubah-ubah. Suka marah-marah tanpa sebab, suka berbohong dan menjual barang-barang pribadinya," tutur Kamal.

Setelah mengetahui anaknya telah terjerat narkoba, Kamal tidak menyalahkan ataupun memarahinya. Namun, ia langsung melakukan pendekatan yang lebih dalam. Kesibukannya sedikit demi sedikit dikurangi, dan ia lebih sering meluangkan waktu untuk berbincang dan membicarakan masalah yang dihadapi sang anak. Tidak sedikitpun perlakuan dirinya terhadap Baron berubah. Malah, ia lebih semakin dekat dengan Baron.

"Saya bersama keluarga saya selalu dekat komunikasi selalu aktif satu sama lain, karena itu sejak awal saya tidak pernah menyalahkannya. Sebab saya tahu dia memakai narkoba bukan karena dia adalah seorang penjahat, tetapi dia adalah korban dari kejahatan orang lain dan karena pengaruh dari teman-teman sekolahnya, sehingga dia mau terbuka dan berterus terang dengan saya sebagai orang tuanya," kenangnya.

Setelah usaha pendekatan dilakukan, almarhum Baron menjadi lebih terbuka dan menceritakan atas apa yang dia rasakan atas reaksi narkoba yang dipakainya. Dalam pendekatannya, Kamal memposisikan diri sebagai seorang sahabat. Alasan utamanya agar lebih merasa dekat dan terbuka. "Sehingga dia merasa diperhatikan, disayangi, dan tidak diperlakukan sebagai orang yang bersalah," jelas lulusan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara (USU) ini.

Usaha pemulihan Baron tidak dilakukan Kamal secara sendirian. Sikap isterinya, Hj. Retni Rengsih, SH., CN, diakuinya hampir sama dengan dirinya. Terlebih, sang istri tampak tenang dalam menghadapi musibah yang menimpa. Dengan cara bersama, masalah yang terjadi pun diselesaikan.

"Kami selalu berembuk untuk menyelesaikan permasalahan dan kami saling instropeksi diri mengapa anak bisa terjerumus menyalahgunakan narkoba. Pertentangan untuk saling menyalahkan satu sama lain juga diakui Kamal tidak terjadi sama sekali antara ia dan istri. Tidak ada yang saling menyalahkan. Kami saling instropeksi diri mengapa anak kami dapat terjerumus menyalahgunakan narkoba," papar pria yang kini mengabdi sebagai dosen di Universitas Islam Sumatera Utara (UISU).

Empat Tempat Rehabilitasi

Diakui Kamal, usaha pendekatan yang dilakukan berjalan efektif. Selain menjadi lebih terbuka terhadap keluarganya, Baron dapat terbuka dengan orang lain untuk berbagi cerita. "Ketika saya ajak melakukan dialog interaktif/diskusi di TVRI Medan untuk berbagi pengalamannya ketika memakai narkoba dengan masyarakat, dia bersedia. Alasannya agar tidak ada lagi yang lain menjadi korban seperti dirinya. Ini membuktikan bahwa dengan metode pendekatan dan tanpa menyalahkannya yang saya lakukan berhasil. Karena semua treatment yang diberikan padanya dalam rangka pemulihan dari racun narkoba dilakukan dengan kesadarannya sendiri tanpa ada paksaan dari siapapun," aku Kamal.

Tidak hanya usaha pendekatan. Kamal juga melakukan upaya pengobatan lain bagi anaknya, termasuk memasukkannya ke panti rehabilitasi. Saat pertama kali menawarkan panti rehabilitasi, anaknya langsung menerima dan tidak menolak untuk berobat. "Dia tidak menolak untuk berobat. Malah dengan keinginannya sendiri Baron mau berobat ke panti rehabilitasi. Itu sangat membantu kami dalam proses pemulihannya." tutur Kamal.

Rentetan cerita panjang pun keluar dari mulut Kamal, tentang berbagai lokasi rehabilitasi yang disambanginya. Tempat pertama yang didatangi adalah pondok pesantren asuhan Abah Anom di Suryalaya, Tasikmalaya. Di tempat ini Baron menjalani terapi selama satu tahun lebih. Kamal mengakui, alasan dirinya membawa putra satu- j satunya ini ke Abah Anom karena tempat ini saat itu sangat terkenal untuk rehabilitasi korban narkoba.

Di tempat rehabilitasi pertamanya ini, Baron menjalani proses rehabilitasi putus total. Artinya, tanpa ada terapi substitusi obat-obatan lain. Pendekatan pengobatan secara spirirual dan keagamaan, sangat kental di Ponpes Abah Anom. "Disamping itu juga ada perawatan secara medis. Namun yang lebih ditekankan adalah pengobatan spiritual. Selama di sana dia termasuk pasien yang mendapatkan perlakuan khusus. Karena dia adalah anak yang aktif. Dia tidak sama dengan pasien yang lain, dia dianggap seperti keluarga sendiri oleh Abah Anom. Di sana dia semakin mandiri, aktif dalam melakukan hal-hal yang positif dan tentunya pengetahuan dan pengamalan agamanya semakin tinggi," ungkap Kamal bercerita.

Setelah itu, Kamal membawa sang putra ke Klinik Ketergantungan Obat "Poso" di Medan selama satu bulan. Baron juga sempat menjalani pengobatan hingga ke negeri tetangga Malaysia, yakni Pengasih selama satu tahun. Kemudian, terakhir kali Kamal membawa anaknya ke Sibolangit Centre yang juga menghabiskan waktu selama satu tahun.

Meski mengikuti berbagai usaha terapi dan rehabilitasi, almarhum Baron tetap menunaikan kewajiban pendidikannya. "Selama menjalani pengobatan, pendidikannya tetap berjalan. Sehingga ia masih memperoleh pengetahuan dan ilmu untuk masa depan." papar Kamal.

Ketika melakukan usaha rehabilitasi bagi putranya, satu kenangan abadi yang selalu diingat Kamal adalah rasa setia kawan yang begitu besar yang dimiliki oleh Baron. Menurut Kamal, Baron seakan tidak bisa sama sekali melepaskan relasi dengan teman-temannya sesama pengguna narkoba. Karena hal inilah semakin lama putranya makin terjerat dengan berbagai jenis narkoba. "Mungkin karena rasa solidaritasnya yang tinggi." simpul Kamal.

Lebih Tergerak di Bidang Narkoba

Peristiwa yang menimpa dirinya, diakui Kamal tidak mengubah pandangannya terhadap narkoba. Sebagai seorang yang bergerak di bidang hukum, sejak dulu dirinya telah tahu mengenai petmasalahan narkoba, terlebih mengenai bahayanya. Diakui Kamal, sebelum anaknya terlibat narkoba, dirinya telah berbuat banyak untuk penanggulangan masalah narkoba. "Saya sudah banyak informasi tentang itu (narkoba. Red) dan ikut menyebarkan informasi bahaya narkoba kepada masyarakat." ucapnya. Namun, motivasi untuk berbuat lebih banyak lagi dalam bidang penanganan masalah narkoba kian terdorong setelah anaknya menjadi korban penyalahgunaan narkoba. Atas dorongan putranya pula, dirinya tergerak untuk mendirikan sebuah organisasi yang bergerak dalam bidang P4GN (Pencegahan Penanggulangan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba) yang bernama Yayasan Gerakan Anti Narkoba dan sebuah tempat rehabilitasi bernama Sibolangit Centre.

Dengan semangat Kamal pun berpesan kepada para orang tua. Menurutnya, bagi orang tua yang mempunyai anak yang telah terjerumus narkoba, jangan pernah putus asa dalam proses pemulihan mereka. Sebab, bagi Kamal seorang anak yang telah terkena pengaruh narkoba harus diselamatkan dan berhak mendapatkan jati dirinya kembali dengan bantuan dan dukungan dari orang tua. Sebaliknya, penggalian informasi yang benar tentang narkoba dan gejala-gejalanya sejak dini, merupakan hal yang harus diketahui bagi orang tua yang anaknya belum menjadi korban narkoba.

Sebagai orang yang bergelut di bidang hukum, dirinya pun mengkritik pata penegak hukum yang terjebak dalam pasal-pasal yang kering sehingga mereka menganggap bahwa korban narkoba adalah penjahat yang harus dihukum. Di masyarakat sendiri, tambah Kamal, masih banyak yang belum paham tentang permasalahan narkoba. Banyak yang memandang, korban narkoba merupakan aib bagi keluarga yang harus ditutup-tutupi. "Meteka penjahat, sampah masyarakat, dan pemakai narkoba hanyalah anak orang kaya." ketus Kamal akan persepsi yang salah tersebut dengan sedikit kesal.

Bagi Kamal, permasalahan narkoba merupakan masalah yang harus didahulukan dan ditangani secata serius sesuai dengan hukum dan undang-undang narkoba yang berlaku di Indonesia. Kata Kamal, dirinya ingin mengubah pandangan masyarakat dan lembaga pengadilan bahwa sebenatnya pemakai narkoba itu bukanlah penjahat.

"Mereka korban kejahatan orang lain dan harus diselamatkan. Jadi terdapat perbedaan dan klarifikasi antara pemakai murni, pengedar dan bandar, sehingga vonis yang dijatuhkan sesuai dengan perbuatan meteka. Seorang bandar harus dihukum mati karena mereka adalah pembunuh tanpa berdarah, dan seorang pemakai harus diselamatkan karena merupakan korban dari kejahatan orang lain," pesannya tegas menutup perbincangan. (SADAR BNN September 2006 / Adi KSG IV)


Selengkapnya

Hidup Itu Indah

Posted by sulthan

Bagiku hidup itu adalah sebuah perjuangan spiritual. Apa tujuan hidupku? Mati! Tapi bagaimana aku setelah mati? Dulu aku percaya setelah kematian, hidup kita sudah berakhir. Tidak ada lagi hidup. Tapi kini aku berubah, aku yakin dan percaya, bahwa Tuhan benar-benar menciptakan surge dan neraka. Tapi hidup kitalah yang memilikinya. Perjalanan yang bagaimana? Hanya kita yang bias menciptakan.

Namaku Rafa (bukan nama yang sebenarnya). Perjalanan hidupku sangatlah buruk karena salah memilh. Aku dulu, adalah aku yang sombong. Kekuatanku adalah uang dan kesuksesan, jika anda dalam posisiku, pasti akan meraksakan betapa nikmatnya hidup dan betapa mudahnya mencari uang dan kesuksesan.

Aku juga seorang yang suka membaca dan buku apa saja dengan lahap kubaca. Mulai dari buku-buku komunisme Marxisme, Leninisme, Nietzhe, sampai Teori Quantum. Inilah yang menciptakan serta membentuk aku yang dulu. Aku menganggap semuanya serba dapat dinalar logika, dan begitulah aku. Aku adalah orang yang selalu berlogika untuk memecahkan masalah tentang Tuhan. Tuhan ada? Tapi aku tidak berdoa dan tidak juga pergi ke gereja, namun tetap bisa makan dan hidup senang. Untuk apa aku perlu Tuhan? Kita itu Tuhan dari diri kita masing-masing. Saking sombongnya aku engga tertarik dengan orang yang miskin. Orang miskin berarti malas!

Aku bias bilang begitu, karena aku memang tidak membutuhkan bantuan dari siapapun. Saat karirku naik dan ikut tour kemana-mana, tidak ada seorangpun yang menjelek-jelekan aku. Semua memuji aku, dan diusia yang masih 20-an tahun itu aku menjadi besar kepala. Penghasilan yang luar biasa menjadikan aku gila. ?I am Lizard King?. Dengan kemampuan bermain gitarku sebagai seorang seniman musik, aku bisa mendapatkan apa saja. Namun semuanya berbalik, ketika ayahku sakit dan meninggal. Disitulah awal kejatuhanku. Aku baru menyadari, ketidakhadiran ayah ternyata sangat berpengaruh buat diriku dan aku mengakui keluarga sangatlah penting.

Terus-terang saja, aku dulu menggunakan narkoba bukan karena pengaruh, tapi dari life style (gaya hidup). Rasanya tanpa narkoba aku tak bisa hidup. Aku memang seorang pemusik sejati, bahkan kubaktikan diriku dan dedikasiku hanya untuk music rock and roll, termasuk seperti gaya hidupnya dengan mentato tubuh. Namun karena gaya hidup rock and roll yang tidak terkontrol, semuanya habis dalam waktu sekejap, rumah, mobil, management-ku, studioku, semua habis terjual. Aku drop sampai waktu itu mencoba bunuh diri dengan satu gram sabu-sabu murni di kedua lenganku.

Kemudian aku menelpon ibuku, ?Saya mau menyusul bapak, saya minta maaf sudah mengecewakan bapak?. Secara medis aku sudah mati. Kalaupun selamat dokter bilang aku akan terserang stroke. Tapi kenyataan yang kualami tidak! Aku masih hidup dengan selang infuse di tubuhku. Tuhan belum mau aku mati. Saat itu aku menangis. Aku merasa kecil sampai-sampai tidak kenal siapa aku dulu.

Ketika itu ak mengakui ?saya punya masalah? dan mengalahkan kesombonganku selama ini. Mestinya saat aku bunuh diri, aku lalu dibenci! Tetapi kenyataanya apa yang ku pikirkan itu salah. Semua keluarga berbalik mengasihiku. Aku sadar ?keluarga harus bersama? bahkan dalam saat jelek sekalipun. Inilah yang benar-benar mengejutkan aku, ternyata keluargaku masih mencintai meski aku sudah meninggalkan mereka sendirian mengurus ayahku. Sementara ketika mataku terbuka kudapati ibu setia menungguku.

Di depannya kubersimpuh, bersyukur dan memohon ampun. Kepada Tuhan aku berdoa, ?Tuhan gue kan jarang minta tolong ama lu, sekali ini saja gue minta tolong!? Minta tolong apa? Aku sendiri juga nggak tahu, pokoknya saat itu ungkapan yang keluar dari relung hatiku hanyalah minta tolong! Saat ini aku sudah berubah, aku telah sadar, dan untuk itu niatku tidak lain hanyalah ingin membantu sesamaku entah lewat jalan apapun yang baik yang akan kulakukan. Karena aku hanya bisa berkarya dibidang musik, aku lantas mengamen menghibur orang lain. Aku ingin sekali seperti bapak yang telah menghadap Bapa di Surga yang bisa ngomong sama Tuhan, ?Kalau karena saya harus masuk neraka karena Yesus, ya.., saya rela.?

Hidup saat ini bagiku terasa sangat luar biasa! Aku yakin apa yang kulakukan untuk sesame itu kulakukan untuk Yesus juga. Di biara, orang bisa berdoa setiap hari, tetapi apakah mereka melakukan sesuatu untuk orang lain? Hidup ini harusnya begitu, ini bukan bentuk rasa terimakasih karena aku nggak jadi mati, tetapi karena aku merasa itu tugas dan kewajibanku. Aku punya perjanjian dengan Tuhan, ?kalau saya sukses, saya akan lakukan a, b, c, d, ?!

Lebaran kemarin aku bilang sama ibu. ?Saya mau ngaku dosa,? dan semua keluargaku kaget. Usai itu kepercayaanku semakin teguh. Sejak belasan tahun lalu aku melupakan Tuhan dan meninggalkan-Nya, kini aku mau mengaku dosa dengan apa yang dulu tidak pernah kuakui ada. Aku ingin kembali kejalan dimana Tuhan menghendaki harus kuakui dalam penziarahan hidupku ini. Sekarang aku sungguh percaya Tuhan itu baik, Tuhan itu maha pengasih dan penyanyang, dan Tuhan itu maha pengampun. Ia-lah eternal Alfa dan Omega dari hidup yang kumiliki ini. Hanya kepada-Nya dan untuk-Nya ku mau berbakti melalui mereka yang akan saya tolong kelak setelah akhir dari perjuangan pemulihan diriku yang kujalani. (Sumber: www.bnn.go.id)
Selengkapnya

Mantan Pecandu Narkoba Bukan Sampah Masyarakat

Posted by sulthan on Jumat, 14 Juni 2013

Mendagri adalah pembina umum gubernur, bupati, walikota sehingga Badan Narkotika Nasional (BNN) berkepentingan untuk menjalin kerjasama dengan Ditjen Kesbangpol Kemendagri dalam hal memfasilitasi dan memediasi tersosialisasikannya partisipasi kepedulian peran aktif para gubernur, bupati, walikota agar ikut bertanggung jawab terhadap masyarakat yang sudah terlanjur menjadi pecandu narkoba.

“Mantan pecandu narkoba bukan sampah masyarakat tetapi adalah orang- orang yang masih memiliki potensi untuk berperan serta dalam multi sektor sehingga PEMDA dapat memberikan perhatian yang intensif untuk membina dan menggali potensi-potensi para mantan pecandu sebagai kontribusi daerah,” kata Deputi Rehabilitasi Badan Narkotika Nasional, dr. Kusman Suriakusumah, ketika membuka seminar Bulan Keprihatinan Korban Narkoba, di Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), di Jakarta Kamis, (13/6).

Selanjutnya Kusman, mengharapkan para mantan pecandu dapat dijadikan ICON PEMDA untuk melaksanakan P4GN, “Dengan peran aktif Pemda akan dapat merealisasikan program P4GN di setiap daerah, sehingga tidak lagi muncul korban – korban baru akibat penyalahgunaan narkoba,: ujar Kusman.

Kusman juga mengharapkan Pemda juga dapat menempatkan para mantan pecandu narkoba dalam posisi yang layaknya manusia normal, “Dengan giat ini diharapkan pemda dapat menyediakan ruang dan tempat agar para mantan pecandu narkoba dapat hidup produktif, normative, dan bermanfaat dalam kehidupan bermasyarakat di daerah mereka masing-masing,” harap Kusman.
Sementara itu, Direktur Pasca Rehabiliatsi BNN, Drs. Suyono, menjelaskan, pemakaian narkoba mempengaruhi baik fisik maupun psikis penggunanya, efek dari pemakaian narkoba akan mempengaruhi seluruh organ tubuh namun yang paling utama mendapat gangguan terbesar adalah otak, “Akibat yang ditimbulkan daya memori seseorang akan terganggu jika sudah memiliki ketergantungan akan narkoba. Hal ini dikarenakan syaraf-syaraf pada otak serta pembuluh darah akan rusak,” jelas Suyono.

Menurut Suyono, BNN memiliki tugas untuk menekan angka penggunaan narkoba melalui pemberantasan yang dilakukan oleh Deputi Pemberantasan. BNN juga melakukan peningkatan Imun yang dilakukan secara individual melalui Deputi Pemberdayaan Masyarakat dan Deputi Bidang Pencegahan.

Seminar Bulan Keprihatinan Korban Narkoba yang digelar di Kemendagri, selain dihadiri Deputi Rehabilitasi BNN, dr. Kusman Suriakusumah, juga dihadiri Sekertaris Jendral Kementrian Dalam Negeri Drs. Indro Baskoro, Pok Ahli Kementrian Sosial Makmur Sanusi dan Resimen Mahasiswa (MENWA) serta Staf Mendagri dan para mantan pecandu narkoba dari rumah dampingan.

Sumber: BNN
Selengkapnya

Narkoba, "Most Serious Crime"

Posted by sulthan on Kamis, 13 Juni 2013

Merebaknya kasus narkoba (narkotika dan obat-obatan berbahaya lainnya), menjadikan rakyat makin terancam dari berbagai lini kehidupan. Kondisi tersebut, sungguh menyedihkan! Itulah kata yang sangat tepat untuk menggambarkan realitas bangsa kita kekinian.

Di tengah hiruk-pikuk situasi perpolitikan kita yang kian membosankan, ekonomi rakyat yang semakin sekarat dan menjerit; “entah sampai kapan pulihnya"?, merosotnya moralitas masyarakat, "entah kapan pulihnya"? Melonjaknya angka kriminalitas, kasus korupsi dan suap yang masih terus bergentayangan, "entah kapan drama ini berakhir"?

Ditengah badai tersebut, pada saat yang bersamaan. Kita ikut prihatin dengan maraknya kasus kejahatan narkoba (narkotika dan obat-obatan berbahaya lainnya), sebab dengan meningkatnya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba menjadi masyarakat makin terancam. Terancam baik secara ekonomi, sosial budaya, dan keamanan. Karena multi bahaya, narkoba disebut pembunuh berdarah dingin.

Oleh karena itu, kepada semua pihak terutama instansi penegakan hukum. Kita berharap, agar mencari resep jitu untuk menghadang meluasnya bisnis jejaring peredaran gelap narkoba atau narkotika agar generasi bangsa ini dapat terselamatkan.

Karena berbagai fakta, narkoba merusak pandangan hidup generasi muda, merendahkan akhlaq manusia, melemahnya fisik, mental dan intelektual. Pada saat kita sudah lemah, mafia narkoba akan semakin mudah menawarkan bisnis mereka. Strategi bisnis narkoba yang dijalankan oleh bandar narkotika adalah melumpuhkan lawan sampai tak berdaya.

Saat ini kita bisa melihat, sasaran peredaran narkoba semakin meluas, telah menembus ke-berbagai lapisan masyarakat, dari hulu ke hilir. Yang dijadikan sebagai sasarannya tidak terbatas hanya anak muda, remaja, atau orang dewasa. Anak-anak usia SD pun sudah dijadikan mangsanya. Sungguh membuat semua kita prihatin...!

Prihatin karena narkoba akan membahayakan keselamatan generasi bangsa, bisa menghilangnya generasi (lost generation). Kondisi ini, jelas tidak boleh dibiarkan terus berlangsung. Semua kita yang peduli, harus menyatukan langkah dan tekad bersama-sama melaksanakan upaya pencengahan dan pemberantasan penyalahgunaan gelap narkotika (P4GN).

Kita juga berharap, pendekatan penegakan hukum yang komprehensif dalam memberantas narkoba di Indonesia tidak boleh kendur dengan iming-iming apapun dari para bandar narkotika. Karena yang dihadapi adalah kejahatan sangat serius (most serious crime) dan kejahatan lintas batas (transnational organised crime) yang pada umumnya dilakukan oleh sindikat internasional.

Harapan kita kepada pelaksana hukum. Seberat apapun tugas yang dihadapi, aparatur penegakan hukum harus kuat dari semua rayuan dan godaan dari para bandar narkoba.

Writer, Sumadi Arsyah
Selengkapnya

Narkoba, “Nikmat Membawa Sekarat”!

Posted by sulthan


Narkoba (narkotika dan obat-obatan berbahaya) dikenal juga dengan NAZA (narkotika, alkohol, dan zat adiktif lainnya) adalah zat yang mempunyai efek pada fungsi berfikir, perasaan dan perilaku sipemakai. 

Zat-zat tersebut, manusia sering disalahgunakan sehingga menimbulkan ketagihan (addiction) yang berujung pada ketergantungan (dependence). 

Beberapa jenis zat yang dapat dikelompokkan sebagai narkotika tersebut, antara lain: opium, morfin, heroin, kokain dan ganja. 

Disampinng itu, masih ada zat-zat lainnya yang tidak tergolong dalam narkotika, tetapi termasuk zat adiktif (zat yang dapat mengakibatkan kecanduan) yang berpengaruhnya terhadap susunan saraf pusat (otak manusia). Ectasy adalah salah satu diantaranya. 

Zat aktif yang dikandung ectasy adalah amphetamine yaitu suatu zat yang tergolong stimulasia (perangsang). Di dunia kedokteran, zat amphetamine digunakan antara lain untuk mengobati penyakit hyperkinesia, depresi ringan, dan narkolepsi. Tetapi penggunaannya di dunia sangat ketat, sebab dapat menimbulkan ketergantungan. Penyalahgunaan ectasy yang kadang disebut dengan ineks. Bahayanya dapat menimbulkan ‘gangguan mental organik’.

Apabila sedang ‘on’ atau ‘triping’, pemakainya akan merasakan gejala psikologik dan fisik. Gejala psikologik adalah agitasi psikomotor, rasa gembira, rasa harga diri meningkat, banyak bicara, dan kewaspadaan meningkat.

Gejala Fisik

Adapun secara fisik adalah pelebaran pupil mata, tekanan darah meninggi atau rendah, berkeringat atau rasa kedinginan, mual dan muntah. Bagi mereka yang sudah ketergantungan, bila pemakaian dihentikan akan menimbulkan kondisi yang dinamakan ‘gejala putus obat’ yang ditandai rasa ketagihan, kelelahan, keletihan menyeluruh, tidur berkepananjangan 12-24 jam, depresi berat, rasa lesu dan lemah yang sangat, timbul pikiran tentang kematian, ingin bunuh diri, dan mencelakakan diri.

Terbukti banyak pengguna narkoba yang sekarat karena over dosis. Inilah nikmat sesaat yang membawa sekarat dan kesensaraan. Narkoba, "Nikmat Membawa Sekara". Say No To Drugs. Semoga berguna

Writer, Sumadi Arsyah,
Selengkapnya

"Chathinone", antara Tanaman Herbal dan Terlarang..?

Posted by sulthan on Selasa, 11 Juni 2013

Tanaman Khat, Qat, Quat (Chata Edulis)
Khat atau Chata Edulis biasa dimakan pucuk daunnya dengan cara dikunyah. Adapula yang memakannya sebagai lalapan. 

Khat mengandung senyawa katinona (Cathinone) yang bersifat stimulant. Efek yang ditimbulkan sama dengan narkotika jenis shabu dan ekstasi. Khat (juga dikenal sebagai qat, quat, dan gat) berasal dari Afrika Timur dan Tengah dan semenanjung jazirah Arab. Kosumsi katinone secara berlebihan dapat menyebabkan euphoria, halusinasi yang berujung pada kecanduaan, kerusakan susunan saraf pusat, bahkan kematian.

Tanaman Khat oleh sebagian masyarakat di anggap sebagai tanaman herbal, tanaman khat dikonsumsi sebagai minuman berkhasiat dalam bentuk teh, orang-orang menyebutnya Teh Arab. Tanaman ini sudah tumbuh berkembang di Indonesia sejak lama dan juga beberapa orang telah membudidayakan tanaman tersebut karena harga jualnya yang cukup mahal. Tanaman tersebut tidak hanya tumbuh di Indonesia, di negara-negara lain pun juga banyak dijual belikan sebagai tanaman yang mengandung ramuan herbal.

Sementara itu, mengutip Kompas.com Cathinone, S(-)-alpha-aminopropiophenone, merupakan zat yang konfigurasi kimia dan efeknya mirip dengan amfetamin. Demikian laporan Kalix P dari Fakultas Farmakologi, Universitas Geneva, Swiss, dalam publikasi Pharmacology and Toxicology, edisi Februari 1992.

Secara alami cathinone terkandung dalam khat (Catha edulis Forsk), tumbuhan semak yang banyak terdapat di Afrika timur dan tengah serta sebagian Jazirah Arabia. Daun khat sejak dulu dikonsumsi dengan cara dikunyah, dibuat jus, atau diseduh seperti teh oleh penduduk di wilayah itu.

Adapun cathinone sintetis, sebagaimana disebut dalam situs European Monitoring Centre for Drugs and Drug Addiction (EMCDDA), berbentuk serbuk kristal putih atau kecoklatan, kadang-kadang dikemas dalam kapsul. Zat itu juga ditemui dalam bentuk tablet sebagai pengganti pil ekstasi. Cara penggunaan biasanya dihirup, ditelan, atau disuntikkan setelah dicampur air.

Di banyak negara, khat bukan barang terlarang meski penggunaannya dikontrol di beberapa negara Eropa. Adapun cathinone dimasukkan sebagai golongan I Konvensi PPB untuk Zat-zat Psikotropika Tahun 1971. Cathine yang juga terdapat dalam khat masuk golongan III, sedangkan cathinone sintetis, yakni amfepramone dan pyrovalerone masuk golongan IV konvensi itu.

Cathinone yang dalam bahasa Indonesia dikenal sebagai katinona tercantum dalam Lampiran Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika pada daftar narkotika golongan I.

Stimulan


Al Bachri Husein, pengajar di Bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RS Cipto Mangunkusumo, yang dihubungi pada Selasa (29/1/2013) menyatakan, sejak tiga tahun atau empat tahun lalu ia sudah menangani gejala klinis akibat cathinone. Artinya, zat itu sudah lama ada di Indonesia.

”Cathinone merupakan zat stimulan untuk sistem saraf pusat yang banyak digunakan sebagai club drug atau party drug,” katanya.


Menurut Al Bachri, zat yang dibuat di laboratorium klandestin itu digunakan untuk ”membuat orang senang menjadi lebih senang”. Yang dirangsang adalah ujung-ujung saraf.


Efek mirip amfetamin itu menimbulkan rasa gembira, meningkatkan tekanan darah, kewaspadaan, serta gairah seksual. Namun, hal itu bisa diikuti dengan depresi, mudah terganggu, anoreksia, dan kesulitan tidur.

Semula, demikian EMCDDA, cathinone sintetis digunakan sebagai obat. Amfepramone dan pyrovalerone digunakan sebagai obat pengurang nafsu makan. Adapun bupropion yang bersifat antidepresan digunakan untuk orang yang ingin berhenti merokok.

Namun, sejak pertengahan tahun 2000-an, derivat cathinone ilegal beredar di pasar zat rekreasi di Eropa. Zat yang banyak ditemukan adalah mephedrone dan methylone. Methylone digolongkan sebagai zat yang dikontrol di Denmark, Irlandia, Romania, dan Swedia, bersama sejumlah derivat cathinone lain. Jenis-jenis cathinone sintetis makin banyak beredar mulai tahun 2009.

Merusak kesehatan


Laporan mengenai keracunan dan bahaya bagi kesehatan akibat penggunaan cathinone sintetis menyebabkan zat tersebut menjadi isu kesehatan masyarakat dan keamanan yang serius di Amerika Serikat.

Dalam situs National Institute on Drug Abuse dilaporkan, efek cathinone mirip amfetamin dan kokain. Zat itu merangsang peningkatan kadar neurotransmitter (zat pengantar impuls saraf) dopamin yang menimbulkan rasa gembira dan meningkatkan tenaga.

Efek lain adalah peningkatan kadar norepinefrin meningkatkan detak jantung dan tekanan darah. Namun, pengguna bisa mengalami halusinasi akibat peningkatan kadar serotonin. Akibat buruk lain adalah dehidrasi, kerusakan jaringan otot, dan gagal ginjal yang berujung pada kematian.

”Penggunaan cathinone dalam jangka lama dan berlebihan menyebabkan kerusakan sel otak. Akibatnya, orang menjadi paranoid dan berhalusinasi. Gejala yang lebih ringan, pengguna merasa lemas jika tidak mengonsumsi,” kata Al Bachri.

Psikiater Danardi Sosrosumihardjo menyatakan, cathinone sintetis bukan diekstrak dari daun khat, melainkan disusun dari zat-zat prekursor. Jika cathinone alami merupakan stimulan potensi rendah, bahkan lebih ringan dari alkohol dan tembakau, tidak demikian dengan zat sintetisnya. ”Tujuan pembuatan sintetis dari cathinone adalah memperkuat efek serta menghindari aturan hukum,” ujar Danardi.


Menurut National Institute on Drug Abuse, pada Juli 2012, cathinone sintetis, yaitu pyrovalerone dan mephedrone, dinyatakan sebagai zat ilegal bersama sejumlah zat sintetis lain. Meski UU yang baru ditandatangani Presiden Barack Obama itu melarang zat-zat kimia yang analog dengan zat tersebut, diramalkan para pembuat akan merancang derivat baru yang cukup berbeda untuk menghindari jerat hukum.

Sebagai contoh, saat mephedrone dilarang di Inggris tahun 2010, segera muncul zat kimia disebut naphyrone untuk menggantikannya. Zat itu dijual dengan istilah ”jewelry cleaner” dengan merek Cosmic Blast. 

Pemerintah Indonesia bisa belajar dari pengalaman negara lain. 


Writer: Sumadi Arsyah
Selengkapnya

Membangun Karakter Anak Terhindar dari Narkoba

Posted by sulthan

Ilustrasi

Penyalahgunaan narkoba merupakan salah satu factor perusak generasi bangsa. Dan sebagian besar penyalahguna narkoba berasal dari range usia remaja hingga pekerja.

Pada masa remaja, mereka cenderung bereaksi akibat dari pencarian jati diri mereka sendiri. Banyak hal yang ingin mereka lakukan saat itu, sehingga mereka mencari kenyamanan di tempat lain.

Umumnya mereka lebih labil kepribadiannya dan gampang terpengaruh, mereka ingin bersenang-senang dulu tanpa mikirkan dampa masa depan.

Kondisi tersebut, dikarena sifat remaja yang cendrung labil dan masih mencari jati diri, dalam pencarian jadi diri tersebut, remaja seringkali salah memilih lingkungan yang dapat menjerumuskan diri mereka dalam jerat narkoba.

Remaja penyalahguna narkoba, lazimnya mereka merupakan individu yang mudah terpengaruh, terpengaruh karena karakter spiritualnya kurang kuat dan hubungan dalam keluarga kurang mendapatkan perhatian. 

Sementara remaja yang memiliki karakter spiritual yang baik dan kuat, biasanya akan mencari tahu terlebih dahulu mengenai apapun yang ditawarkan oleh lingkungannya, kemudian baru memutuskan apakah baik atau buruk bagi kehidupannya.

Tips untuk Orang Tua

Dampingilah anak dalam masa remajanya. Pada masa tersebut anak enggan dimarahi dalam hal apapun yang mereka lakukan.

Lakukan edukasi dan bekali informasi tentang bahaya narkoba sejak dini, namun edukasi yang diberikan disesuaikan dengan usia anak. Contohnya, “Jangan jajan sembarangan karena makanan diluar belum tentu sehat, bersih dan terjamin gizinya".

Sesibuk apapun orang tua, usahakan selalu ada waktu bersama, buatlah mereka merasa memiliki rumah dan nyaman saat ada didalamnya. Dukunglah hobi mereka yang positif, dan bimbinglah mereka dalam menyalurkan hobinya.

Biasanya bila seorang remaja apabila tidak bisa menyalurkan ekspresi dan hobinya, mereka akan memendamkan dan melampiskan pada hal-hal negative. Rangkul mereka, sebelum terlambat. Semoga berguna. [dbs]

Writer; Sumadi Arsyah

Selengkapnya

Indonesia Raih Penghargaan Pemberantasan Perdagangan Narkoba

Posted by sulthan on Kamis, 06 Juni 2013

www.setkab.go.id

Keseriusan Indonesia dalam upaya memberantas perdagangan narkoba, baik pada tingkat regional maupun internasional mendapat penghargaan dari penyelenggaraan  International Drug Enforcement Conference (IDEC) dalam International Drug Enforcement Conference ke-30 (IDEC XXX) bertema “World Against Drugs!” yang berlangsung di Moskow, Rusia, 5-7 Juni 2013.
Dubes RI di Moskow, Djauhari Oratmangun, melaporkan capaian Indonesia melalui peran Badan Narkotika Nasional (BNN), terutama dalam pelaksanaan program pemetaan serta kapasitasnya dalam memperoleh informasi intelijen terkait peredaran narkoba di titik-titik perbatasan memperoleh pengakuan internasional dari IDEC.
Pada IDEC XXX di Moskow, Rusia, kali ini, Delegasi RI terdiri dari unsur BNN dan Kepolisian RI yang dipimpin oleh Kepala BNN, Komjen Pol. Anang Iskandar disertai Anggota Dewan Kehormatan BNN, Komjen Pol. (P) Gories Mere. Dubes RI di Moskow, Djauhari Oratmangun turut pula mendampingi Delegasi RI pada Pertemuan tersebut.
“IDEC memiliki sumber daya jejaring kerja agensi-agensi terkait antar anggotanya. Melalui pertukaran data dan informasi intelijen dalam mekanisme IDEC, manfaat langsung yang didapat Indonesia antara lain, adalah untuk mendukung operasi penangkapan para pelaku kejahatan narkoba,” jelas Djauhari.
IDEC adalah suatu forum global bagi para pejabat tinggi terkait penanganan masalah narkoba, didirikan tahun 1983, dan saat ini lebih dari 100 negara ikut berpartisipasi di dalamnya, termasuk Indonesia. Forum ini bertujuan sebagai wahana saling bertukar informasi mengenai isu narkoba dan guna membangun pendekatan terkoordinir bagi upaya penerapan hukum untuk memberantas penyelundup narkoba internasional.    
Mendinginkan Rusia – AS
Lebih lanjut Dubes RI di Moskow, Rusia, Djauhari Oratmangun mengemukakan, dalam konperensi tersebut Rusia dan AS, dua negara besar dunia yang selama ini dipandang memiliki hubungan “panas-dingin” dan berseberangan paham terkait beberapa masalah regional dan internasional, bekerjasama dan bersatu padu dalam upaya menanggulangi ancaman narkoba yang telah meluas ke seluruh kawasan di dunia.
Pada kesempatan tersebut, Drug Enforcement Administration (DEA) AS sebagai sponsor, bersinergi dengan Federal Drug Control Service (FDCS) Rusia menjadi tuan rumah bersama atau “co-host” IDEC XXX kali ini. Dalam sesi pembukaan, Administrator DEA, M. Leonhart dan mitranya, V. Ivanov, Direktur FDCS memiliki pandangan yang sama bahwa narkoba telah menjadi ancaman global serta memerlukan upaya global untuk mengatasinya, dan IDEC XXX adalah forum yang tepat untuk membahas langkah-langkah kongkret lanjutannya.
Komitmen tertinggi Rusia untuk mensukseskan dan mendukung IDEC XXX ini tampak dari dihadirkannya Presiden Vladimir Putin yang turut memberikan kata sambutan. “Putin menegaskan bahwa Rusia siap untuk bahu-membahu bersama negara-negara dari seluruh kawasan untuk memerangi bisnis narkoba internasional,” ungkap Djauhari.
Menurut Djauhari Oratmangun, Presiden Rusia menegaskan,  bahwa bisnis narkoba telah menjadi masalah global karena telah terkait pula dengan kejahatan-kejahatan  lintas-batas yang terorganisir, termasuk imigrasi ilegal dan terorisme. 
Sebagaimana diketahui, tahun lalu, Indonesia telah sukses menjadi tuan rumah IDEC XXIX yang diselenggarakan di Bali tanggal  12-14 Juni 2012 dengan tema “Enhancing the Spirit of International Partnership to Achieve the Greatest Success on Fighting Drug Crimes”.
(KBRI Moskow/ES)
 Sumber: www.setkab.go.id
Selengkapnya

Tahun Baru, Tanpa Narkoba..!

Posted by sulthan

Di penghujung tahun 2010 dan di awal tahun 2011 ada tiga event besar datang hampir bersamaan, umat Islam merayakan Tahun Baru 1432 H (Hijriah), tanggal 25 Desember 2010 umat kristiani memperingati Hari Natal, dan dua hari setelah itu tepatnya tanggal 1 Januari 2011 akan dirayakan Tahun Baru Masehi 2011.

Kita mengenal ada tahun Hijriah dan tahun Miladiah. Tahun Hijriah perhitungan ditetapkan berdasarkan pada perhitungan rotasi kamariyah (Bulan), dan diawali sejak hijrahnya Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah, sedangkan tahun Miladiah (kelahiran) perhitungan didasarkan pada perputaran Syamsiah (Matahari), dan diawali sejak kelahiran Nabi Isa AS (Alaihi Salam). Tahun-tahun tersebut hanyalah salah satu penanda waktu, agar kita dapat menghitung umur atau usia sesuatu.

Begitu pentingnya masalah waktu, Allah SWT pun sampai bersumpah ”Demi Masa”. Waktu digunakan untuk hal-hal yang baik, atau digunakan untuk hal-hal yang jelek, atau dibiarkan saja, tetap akan berlalu meninggalkan kita dan tidak akan pernah dapat diputar kembali. 

Tahun 2010 telah berlalu dengan segala kenangan, prestasi yang dicapai atau pun kegagalan yang kita derita. Mereka yang sukses dengan prestasi cemerlang atau mereka yang terpuruk, pailit jatuh tertimpa tangga, sebenarnya mereka memiliki waktu dan kesempatan yang sama sehari—semalam 24 jam. Dan tidak terasa perjalanan waktu telah memakan segalanya, dan tak seorang pun mampu menghentikan.

Tahun 2011 telah datang dengan segala tantangan yang menghadang di depan mata dan nampaknya lebih berat dari tahun-tahun sebelumnya. Namun optimisme harus selalu dikedepankan dari pada pesimisme. Semua orang pasti berharap tahun 2011 harus lebih baik dari pada tahun 2010 yang lalu. Itulah doa yang selalu kita sanjungkan kepada yang di Atas, Allah SWT. 

Sudah menjadi tradisi, dimana setiap menjelang akhir tahun hampir sebagian besar masyarakat di seluruh penjuru dunia begitu semangat untuk melepas kepergiannya. Semangat yang sama juga ditujukan kepada datangnya tahun baru. Banyak orang menyambut tahun baru dengan penuh gegap gempita dan harapan, namun tidak demikian dengan mayoritas manusia yang dalam hidupnya senantiasa dihimpit kemiskinan. Tidak ada tahun baru buat mereka. Tidak ada perubahan yang berarti buat hidup mereka. Dan tidak tertutup kemungkinan, pada tahun 2011 akan semakin banyak pengangguran, akan semakin banyak pula kemiskinan dan akan semakin banyak pula kejahatan.

Tetapi kita semua harus tetap optimis. Semoga hadirnya Tahun Baru 2011 membawa harapan baru untuk perbaikan setelah negeri ini mengalami berbagai keterpurukan baik oleh akibat konflik dan Tsunami. Tahun baru adalah momentum untuk bangkit mengadakan recoveri dalam segala bidang kehidupan, dan saatnya kita menjadi bangsa yang mandiri dan berdaulat, yang mampu mengolah dan memanfaatkan segala kekayaan alamnya secara mandiri, ramah lingkungan, adil dan sepenuhnya untuk kesejahteraan rakyat.

Sebagai seorang individu, masing-masing kita tentunya punya prinsip bagaimana caranya menjalani hidup yang sehat dan baik. Yang pasti ini semuanya tergantung pada diri kita, karena yang paling berhak mengambil keputusan dalam hidup termasuk dalam penggunaan barang yang paling mematikan yaitu narkoba adalah kita. Walau pergaulan adalah faktor yang cukup kuat mempengaruhi seseorang untuk mengonsumsi narkoba, tapi bukan berarti kita tak perlu bergaul dengan teman. Bagaimanapun juga masa remaja butuh teman yang bisa diajak bermain dan bergaul dalam upaya untuk memperluas wawasan dan pergaulan. "Sebagai remaja kita harus pintar-pintar pilih teman”

Karena kebanyakan, pengguna narkoba terjerumus bukan karena keinginan tapi karena ajakan atau ikut-ikutan teman. Umumnya karena persahabatan dan kesetiakawanan antar teman cukup kuat sehingga akan sulit menolak, ditambah oleh emosi remaja yang masih labil". Namun kita sebagai remaja harus berani memegang prinsip 'Say no to drugs', alias katakan tidak untuk narkoba. Yang pasti semua harus ada niat dari dalam hati jangan sampai terjerumus kelembah narkoba, yang membuat hidup kita sensara selama-lamanya.

Oleh karena itu, generasi muda Aceh harus menyingkapinya dengan bijak dan arif dalam penyambutan tahun baru. Dan kita menghimbau generasi Aceh tidak terjebak dalam penyalahgunaan narkotika, dan tidak terlalu larut dalam merayakan momentum pergantian tahun secara berlebihan. Apalagi memilih jalan dengan menggunakan narkoba. ''Merayakan Tahun baru jangan sampai berlebihan. Perayaan pergantian tahun sebetulnya merupakan ajang refleksi diri. Sebagai langkah menghadapi tahun yang baru. Terutama kalangan generasi muda”

Kalangan generasi muda mesti mejauhakn diri dari narkotika. Karena jebakan narkoba bisa mempertaruhkan masa depan. Yakni mengenai keberlangsungan nasib bangsa. Upaya pencegahan penyalahgunaan narkotika, yang dilakukan oleh Polres Kota mengintensifkan pelaksanaan gelar razia narkoba kepada setiap wisatawaan yang ingin merayakan tahun baru di Kota Sabang patut kita berikan nilai positif.

Kita juga berharap, dukungan maksimal dari masyarakat dan keluarga juga sangat diperlukan dalam upaya pencegahan narkotika terhadap putra-putri tercinta mereka. Anggota masyarakat lainnya juga harus saling mengingatkan agar generasi Aceh terhindar dari kejahatan penyalahgunaan narkotika, karena faktor lingkungan juga dapat mempengaruhi kepribadian seseorang.

Untuk itu kita mengingatkan generasi muda Aceh agar dapat mengisi waktu dengan kegiatan positif. Berupa olahraga atau yang sifatnya dapat menciptakan suasana jauh dari narkotika, dengan menciptakan kegiatan-kegiatan yang bermanfaat bagi diri secara pribadi.

Seorang teman berharap “Semoga tahun baru tidak menjadi ajang hura-hura pesta narkoba dan perbuatan maksiat, namun benar-benar dimanfaatkan untuk ajang instropeksi diri agar tahun yang akan datang menjadi tahun yang lebih baik dari tahun sebelumnya”. Sungguh sederhana doanya, ingin lebih baik dalam berbagai hal di pergantian tahun baru. 

Semoga Allah SWT mendengarkan dan mengabulkan doanya dan doa kita semua. Amin Ya Allah, Amin Ya Latif.

Writer, Sumadi Arsyah
Selengkapnya