BNN Gagalkan Penyelundupan 100 Kg Sabu Sindikat Pakistan

Posted by sulthan on Kamis, 28 Januari 2016

Indodrugs - Badan Narkotika Nasional (BNN) bekerjasama dengan Bea Cukai, Polri dan international law enforcement agency berhasil menggagalkan penyelundupan 100 kg sabu, Rabu (27/1) sekitar pukul 12.30 WIB. Dari kasus ini petugas telah mengamankan delapan orang tersangka yang diduga merupakan jaringan sindikat Pakistan di 3 lokasi berbeda yakni, Jakarta, Semarang, dan Surabaya.

Kedelapan tersangka diantaranya berinisial F (WN Pakistan), AM (WN pakistan), R (WN Pakistan), T (WN Pakistan), Y (WNI), TM (WNI), K (WNI), dan D (WNI). Selain 100 kg sabu petugas juga berhasil menyita barang bukti berupa timbangan digital, 2 unit mobil box, 294 unit genset dan filter, serta uang valas dan rupiah sejumlah 700 juta.

Pengungkapan ini berawal dari penyelidikan selama 6 bulan terhadap informasi adanya upaya penyelundupan Narkoba dari Guangzho, China ke Indonesia oleh sindikat Pakistan. Narkoba jenis sabu tersebut disembunyikan di dalam genset dan filter genset yang berjumlah 294 unit melalui pelabuhan Semarang. Aksi ini dikoordinir oleh tersangaka berinisial R (WN Pakistan) yang sudah beberapa tahun tinggal di Indonesia dan juga mempunyai istri berkewarganegaraan Indonesia.

Tersangka R diketahui bekerja sama dengan D (WNI) yang bertempat tinggal di Jepara untuk menyelundupkan Narkotika tersebut ke Indonesia melalui jalur laut. Setelah barang tiba di Semarang, selanjutnya barang dipindahkan ke sebuah gudang milik PT. JEPARAYA milik tersangka D yang bergerak di bidang meubleair. Sesaat setelah barang tiba di gudang dan dibongkar oleh R dan D petugas melakukan penyergapan dan ditemukan 100 kg sabu yang dimasukan ke dalam 294 genset, dimana masing-masing genset berisi 1,5 s/d 2 kg sabu. Rencananya sabu tersebut akan diedarkan ke seluruh Indonesia dengan disembunyikan di dalam meubleair.

Sindikat ini diduga dibiayai oleh seorang berinisial KM (WN Pakistan) yang juga terlibat dalam kasus TPPU kejahatan Narkotika dengan tersangka BOB (WN Nigeria) yang tertangkap di Jakarta. Sedangkan pengendali adalah NSZ yg berada di Karachi, Pakistan.

Atas perbuatannya para tersangka terjerat pasal 112, 114, dan 122 Undang-Undang Narkotika No. 35 Tahun 2009 serta Undang-Undang TPPU dengan ancaman hukuman paling rendah 4 tahun dan maksimal hukuman mati.

BNN mengucapkan terima kasih kepada Dirjen Bea Cukai dan Polres Jepara yang telah membantu dalam mengungkap kasus ini.

B/PR-6/I/2016/HUMAS
Selengkapnya

Ini Kata Kepala BNN Aceh Anak Buahnya Tertembak

Posted by sulthan on Selasa, 26 Januari 2016

Kepala BNN Aceh, Kombes Pol Drs. Armensyah Thay
Indodrugs - Seorang pelaku pengedar narkoba jenis sabu, Samsul Bahri (32 tahun) kabur dari tangkapan petugas saat BNN melakukan penggerebekan di kawasan, Darul Kamal, Aceh Besar, Senin (25/01/2016) petang.

Dalam kejadian itu, seorang petugas dari BNN, Brigadir Martono (36 tahun) tertembak dengan senjata sendiri. Meski begitu, pelaku juga tertembak di kaki sebelah kanan dan berhasil kabur dari petugas.

Peristiwa tersebut bermula saat dua orang petugas BNN menggerebek seorang pelaku pengedar sabu di kawasan Darul Kamal. Saat hendak diborgol, pelaku melakukan perlawanan dan menurunkan tangan kanan petugas yang sedang memegang senjata. Akibatnya, pelatuk tak sengaja ditarik sehingga timah panas bersarang di kaki kanan anggota BNN tersebut.

“Dalam keadaan terluka, petugas kami sempat menembak pelaku dan terkena di kaki bagian kanannya. Namun tersangka berhasil kabur. Tim lain yang dipimpin Kabid Berantas, terlambat ke lokasi sekitar lima menit karena jalan yang susah dilewati, sehingga pelaku tidak terkejar,” kata Kepala BNN Aceh, Armensyah Thay kepada wartawan di kantornya, Selasa (26/01/2016).

Sementara itu lanjut Kepala BNN Aceh, pada waktu yang bersamaan kelompok Samsul Bahri ini juga sedang melakukan pesta di semak-semak dekat kawasan tersebut. Namun menurutnya, kemungkinan lantaran sudah mendengar kegaduhan maka ikut kabur dan lolos dari kejaran petugas.

Dalam penangkapan tersebut BNN menyita barang bukti berupa sabu seberat 4,3 gram beserta alat hisapnya, Bong. Ketika ditanya soal keamanan petugas, Armensyah Thay memerintahkan anggotanya untuk melakukan penembakan kepada pelaku jika melakukan perlawanan. Namun ia menegaskan tetap dengan peraturan yang berlaku.

“Kami harap pelaku segera menyerahkan diri,” ungkapnya.

Kini pihak BNN Aceh terus melakukan pengejaran terhadap pelaku, dibantu oleh Polda Aceh dan menutup semua wilayah yang ada.[]

Sumber: habadaily.com
Selengkapnya

Tangkap Pengedar Narkoba, Seorang Petugas BNN Tertembak

Posted by sulthan

Indodrugs - Seorang anggota Polri yang bertugas di Badan Narkotika Nasional (BNN) Provinsi Aceh tertembak saat hendak menangkap bandar sabu-sabu.

Kepala BNN Provinsi Aceh Armensyah Thay di Banda Aceh, Selasa (26/1), mengatakan, akibat insiden itu, petugas BNN tersebut kini dirawat di rumah sakit di Banda Aceh. Saat ini, BNN dibantu kepolisian mengejar pelaku.

"Insiden terjadi Senin (25/1) jelang malam. Saat itu petugas BNN hendak menggerebek pesta sabu-sabu di sebuah tempat di Darul Imarah, Aceh Besar," kata Armensyah Thay.

Petugas yang tertembak adalah Brigadir M. Korban saat ini dirawat di rumah sakit di Banda Aceh. Sedangkan pelaku berinisial SB, warga Darul Kamal, Aceh Besar.

Armensyah memaparkan kronologis tertembaknya petugas BNN Provinsi Aceh tersebut berawal dari penyamaran menangkap bandar narkoba jenis sabu-sabu di Aceh Besar.

Brigadir M bersama rekannya yang menyamar berhasil menangkap SB. Sedangkan tim BNN lainnya berada lima menit dari Brigadir M. Saat hendak memborgol tersangka, SB melawan.

"Senjata di tangan petugas BNN meletus dan menembak kaki kanannya. Petugas BNN tertembak oleh senjatanya sendiri. Bukan ditembak," kata dia.

Dalam kondisi tertembak, sebut Armensyah, petugas BNN tersebut berhasil menembak kaki kanan SB. Sebelum menembak, petugas BNN sempat melepaskan dua kali tembakan ke udara. Namun, SB dalam kondisi tertembak berhasil melarikan diri.

"Petugas BNN lainnya ikut dalam operasi tersebut sempat mengejar, namun pelaku kabur. Kami sudah meminta bantuan kepolisian menutup area penangkapan untuk mempersempit ruang gerak pelaku," kata dia.

Armensyah menyebutkan, dalam operasi tersebut petugas BNN berhasil mengamankan 4,3 gram sabu-sabu beserta alat isapnya. Diduga sabu-sabu itu diedarkan untuk kelompok yang hendak berpesta sabu-sabu di sebuah kebun di tempat tersebut.

"Namun, kelompok yang hendak berpesta sabu-sabu kabur setelah mendengar suara tembakan. Pelaku kami imbau segera menyerahkan diri karena identitasnya sudah diketahui," kata Armensyah Thay.

Sumber: sentananews.com
Selengkapnya

Kue Dioplos Narkoba! Orang Tua Perketat Jajanan Anak

Posted by sulthan on Selasa, 19 Januari 2016

IndoDrugs - Berita penangkapan sekomplotan sindikat narkoba yang mencampurkan ganja dalam kue menyita perhatian masyarakat, khususnya para orang tua. Tidak sedikit para orang tua yang sangat khawatir jajanan anak-anaknya bercampur dengan racun nan berbahaya. Dengan merebaknya kasus ini, orang tua perketat awasi jajanan sang buah hati.

Bukti kuat sudah mencuat, di sebuah daerah di Jakarta, seorang anak tak sadarkan diri selama dua hari usai mengonsumsi kue berisi narkoba. Dari sinilah, pihak BNN terus bergerak untuk memburu para pelaku yang telah mengusik rasa tenang para orang tua. Hasilnya, BNN bisa membekuk seluruh pelaku yang memproduksi dan mengedarkan kue isi ganja ini pada Jumat (10/4) lalu.

SAY NO TO DRUS..!

Seperti dikutip dari pemberitaan media cetak, beberapa orang tua khususnya sang ibu mengaku resah dengan beredarnya kue-kue atau cokelat yang mengandung ganja. Mereka kini mengaku lebih berhati-hati untuk membeli makanan secara online, dan mengawasi jajanan sang anak yang biasa dikonsumsi baik di sekolah maupun di rumah.

Seorang ibu bahkan kini tidak membiarkan anak-anaknya membeli jajanan sembarangan karena takut ada campuran narkoba dalam makanan atau cemilan anak-anaknya.

Sebelum merebaknya kue brownies berisi ganja, para orang tua juga pada beberapa tahun lalu sempat dibuat deg-degan dengan maraknya permen berisi narkoba. Kini, ancaman itu datang lagi melalui kue berisi ganja.

Belajar dari kasus ini, tentu masyarakat harus semakin melek dan peduli bahwa narkoba mengintai dari segala penjuru. Sindikat terus memodifikasi modus operandinya dalam upaya melemahkan generasi bangsa. Narkoba diekstrak dan dikombinasikan dengan bahan makanan mungkin hanya satu dari ribuan tipu muslihat sindikat narkoba untuk menghancurkan bangsa.

Kini hal penting yang harus diwaspadai oleh seluruh masyarakat adalah peka terhadap isu-isu yang bergulir khususnya terkait tentang narkoba. Para orang tua juga dituntut agar lebih melek dengan perkembangan media sosial yang bergerak sangat cepat dan masif.

Patut jadi bahan perhatian, kasus peredaran kue isi ganja terjadi melalui dunia maya dan media sosial. Pemerintah kini tak boleh hanya fokus dengan mencari situs-situs radikal yang mengarah pada tindakan teror akan tetapi juga harus dapat melacak situs yang menunjukkan kecenderungan mendukung penyalahgunaan dan peredaran narkoba. 

Situs tokohemp.com bisa jadi hanya salah satu dari sekian banyak situs yang menjadi media dalam menyuburkan penyalahgunaan dan peredaran narkoba. Jika situs lainnya tak terbongkar, dikhawatirkan akan terus memberikan dampak pengaruh pada generasi muda hingga membuat anak muda salah orientasi. (BNN)
Selengkapnya

Ironis, Penegakan Hukum Narkotika Dilawan Warga

Posted by sulthan

IndoDrugs - Narkotika tak bisa dibantah lagi merupakan kejahatan luar biasa yang memakan banyak korban jiwa. Namun, disayangkan ketika penegak hukum melaksanakan tugas penindakan terhadap para penjahat narkotika, masyarakat justru melakukan perlawanan.

Hal ini menjadi atensi Kepala BNN, Budi Waseso saat memberikan arahan dalam Seminar Nasional bertema Peran Pemuda dan Praktisi Pendidikan dalam Mensosialisasikan dan Mencegah Penyalahgunaan Narkoba dan Mempersiapkan Generasi Muda yang Berdaya Saing Untuk MEA, di sebuah hotel di Medan, Selasa (19/1).

Kepala BNN menegaskan bahwa narkotika itu adalah musuh bersama yang seharusnya diperangi oleh segenap elemen bangsa. Hal ini perlu disadari bersama karena narkotika telah meracuni dan menghancurkan produktivitas generasi bangsa.

SAY NO TO DRUGS..!

Selain kejadian perlawanan warga pada aparat hukum yang terjadi kemarin, Kepala BNN juga prihatin dengan kesadaran masyarakat yang belum sepenuhnya maksimal terhadap korban dari penyalahgunaan narkotika.

“Korban aksi terorisme mendapat perhatian seluruh orang Indonesia, namun korban narkotika yang berjumlah 30-40 orang perharinya belum mendapatkan atensi yang besar dari masyarakat Indonesia”, imbuh Budi Waseso.

Senada dengan hal ini, Plt Gubernur Sumatera Utara, Erry Nuradi juga mengungkapkan ekspekstasinya agar masyarakat sadar dan berperan dalam menanggulangi masalah narkotika di daerahnya.

“Ini bukan masalah satu pihak saja, karena narkotika adalah masalah kita bersama dan tanggung jawab kita semua”, tandas Erry di hadapan peserta seminar nasional tersebut. (BNN)
Selengkapnya

Lelaki “Maco” Terlibat Jaringan Narkotika Internasional

Posted by sulthan

IndoDrugs - Badan Narkotika Nasional (BNN) meringkus dua orang laki-laki yang terlibat jaringan narkotika internasional. Salah satu tersangka diantaranya adalah “maco’, alias mantan copet di kawasan Jakarta. Dari keduanya, BNN menyita barang bukti sabu seberat 1.076 gram.

Kasus ini berhasil dibongkar berkat adanya informasi tentang pengiriman sabu dari Thailand ke Palembang via jalur udara. Pada tanggal 24 Desember 2015, paket tersebut tiba di Palembang dan dilakukan pemeriksaan oleh petugas Bea dan Cukai Kantor Wilayah Pabean Palembang.

Selanjutnya Bea dan Cukai berkoordinasi dengan BNN yang selanjutnya melakukan pengembangan atas kasus ini. Petugas BNN kemudian melakukan controlled delivery untuk membekuk penerima barang tersebut.

Pada tanggal 29 Desember 2015, petugas BNN akhirnya berhasil menciduk dua orang tersangka yang menjadi penerima paket tersebut, di sebuah tempat di Jalan Raya Pantai Selatan 2 PIK, Penjaringan Jakarta Utara. Kedua tersangka masing-masing diidentifikasi berinisial BN (laki-laki, wiraswastawan, 32 th) dan HG (laki-laki, mantan copet 33 th,).

Dari pengakuan BN, ia menjalankan aksi atas perintah seseorang WNA Nigeria. Ia ditugaskan berangkat ke Bangkok, Thailand pada tanggal 20 Desember 2015. Saat tiba di Bangkok, ia menerima sabu dari seseorang dan ia langsung mengirimkannya kembali melalui kargo. Sabu ia masukkan melalui kursi roda dan alat pijat kaki dengan total keseluruhan 1.076 gram. Setelah mengurus pengiriman sabu dari perusahaan kargo di Bangkok, ia langsung meluncur ke Jakarta.

Setibanya di Jakarta, BN dan HG bersiap untuk menerima barang tersebut di daerah Pantai Indah Kapuk. Rencananya sabu tersebut akan diserahkan kepada KO (DPO) yang kini masih dalam pencarian petugas. Jika kedua tersangka ini bisa menyerahkan sabu itu pada KO, mereka dijanjikan mendapatkan upah sebesar Rp 10 juta.

Menurut pengakuan BN, dirinya pernah melakukan perjalanan ke India untuk melakukan tugas serupa, yaitu mengambil sabu. Sementara itu, HG terlibat dalam bisnis haram ini setelah ia dikenalkan kepada anggota sindikat narkotika oleh temannya yang juga tukang copet.

Atas perbuatannya, BN dan HG dikenakan pasal 114 ayat (2) Jo Pasal 132 ayat (1), pasal 113 ayat (2), pasal 112 ayat (2) Jo pasal 132 ayat (1) UU No.35 Tahun 2009 tentang narkotika dengan ancaman maksimal hukuman mati atau penjara seumur hidup. (
Siaran Pers BNN)
Selengkapnya

Narkoba, Waspadai Penggunaan Lem dan Pengencer Cat

Posted by sulthan on Kamis, 14 Januari 2016

Selama ini publik lebih mengenal jenis narkotika seperti shabu, ganja, morfin dan heroin, cocain, dan lain-lain. Semua  jenis ini merupakan narkotika yang sering disalahgunakan dan dipublis media. Padahal jenis narkotika itu sangat banyak dan beragam. 

Narkotika merupakan akronim dari Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif lainnya. Berdasarkan golongan terbagi dalam 3 (tiga) golongan, yaitu narkotika alami, semi sintesis, dan sintesis.

Apakah Anda sudah mengetahui kalau lem dan pengencer cat atau yang sering disebut dengan Tinner, juga berbahaya bagi ksehatan manusia jika disalahgunakan. Seperti Lem dan pengencer cat (tinner).

Salah satu jenis bahan adiktif adalah Inhalen. Yakni zat yang terdapat pada lem dan pengencer cat (tinner)Penggunaan zat ini dilakukan dengan cara menghirup.
Pengguna Inhalen sering mengakibatkan kematian mendadak, seperti tercekik (sundden sniffing, death syndrome).
Penyalahgunaan Inhalen juga dapat merusak pertumbuhan dan perkembangan otak, syaraf dan organ tubuh lain. Dan jika pengguna melakukan aktifitas normal seperti berlari atau berteriak dapat mengakibatkan kematian dini karena gagal jantung.

Selain Inhalen, jenis bahan adiktif lainnya seperti alkohol, tembakau (rokok), jenis obat penenang (Pil KB, pil koplo, Nipam, Valium Lexotan, dan obat tidur), zat yang menimbulkan halusinasi (Jamur, kecubung, kotoran kerbau, sapi), dan lain-lain.

Semua jenis bahan adiktif diatas. Bila ditinjau dari efek yang ditimbulkan berbahaya bagi tubuh dan mental. Diketahui, orang yang penah menggunakan narkotika akan berujung pada kehilangan ingatan, tidak produktif berfikir, serangan jantung, menimbulkan perasaan cemas, sensitif dan suka marah dan sebagainya.

Hidup sehat dambaan setiap insan. Sebab dari itu, apapun jenis narkotika harus dihindari dan jauhi. narkoba selain merusak kesehatan, menghancurkan ekonomi sipemakai juga menganggu ketentram hidup bermasyarakat. Semoga berguna!
Selengkapnya

Tambo Perang Narkoba Sudah di Tabuh

Posted by sulthan on Selasa, 12 Januari 2016


Tentu tidak mudah untuk memberantas peredaran gelap narkoba, tapi pemerintah terus berusaha keras untuk memberantaskan narkoba sampai keakar-akarnya. Peran serta masyarakat sangat diperlukan untuk memaksimalkan tugas mulia ini. 

Fakta, bahwa narkotika atau narkoba dan obat-obatan terlarang telah merengut hidup jutaan manusia, korban berjatuhan serta pada saat yang bersamaan jutaan orang mati sia sia.

Berdasarkan data laporan akhir Badan Narkotika Nasional (BNN). Angka penyalahgunaan narkoba diperkirakan ada sekitar 3,8 sampai 4,1 juta orang yang pernah pakai narkoba. Dengan angka prevalensi berkisar antara 2,1 persen sampai 2,25 persen. 

Adapun jenis narkoba yang paling banyak disalahgunakan adalah ganja, shabu,dan ekstasi. 

Ironisnya dari 3,6 juta pecandu narkoba di tanah air, mayoritas adalah anak-anak usia 15 tahun hingga 24 tahun. Disebabkan oleh kondisi sikologis mereka yang masih labil hingga kondisi keluarga yang tidak harmonis, sehingga mempermudah menjadi pintu masuk utama generasi muda terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba.

Yang sangat mengkhawatirkan kita, saat ini peredaran gelap narkoba tidak lagi mengenal batas usia. Target kejahatan peredaran gelap narkoba bukan hanya orang dewasa, pemuda, dan remaja, tapi sudah menyasar sampai pada tingkat sekolah dasar (anak-anak SD).

Atas secuil data diatas, jelas memperlihatkan kepada kita semua, kejahatan dan peredaran gelap narkoba sudah sangat menggurita di bumi tercinta ini. Dari, Aceh sampai Papua.

Apakah kondisi ini kita biarkan berlalu begitu saja? Tentu, tidak. Bencana yang disebabkan oleh perbuatan manusia-manusia jahil, harus kita lawan secara bersama-sama, "sebelum kita sendiri yang menjadi korbannya".

Sebagai warga negara yang baik, kita harus ikut peduli. Kalau bukan kita, siapa lagi? Kalau bukan kita siapa lagi?

Dengan adanya kepedulian semua kita. Diharapkan target pencapaian “Indonesia Bebas narkoba” bukanlah mimpi, tapi pasti. Asalkan semua kita ikut peduli, tidak cuek, dan mau bergerak melakukan sesuatu dengan daya yang kita miliki, meskipun dalam lingkungan yang sangat kecil.

Disisi lain, ata supaya dan usaha agresif yang telah dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN), bersama instansi-instansi terkait, serta atas dukungan seluruh elemen masyarakat, patut kiranya diberikan apresiasi yang tinggi. 

Kedepan, kiranya BNN harus lebih gigih dan kreatif lagi berjuang agar putra-putri Indonesia terselamatkan dari bahaya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.

Sebelum Hilangnya Generasi Aceh
Sampai saat ini, provinsi Aceh masih terkenal sebagai salah satu wilayah produksi ganja terbesar di Asia Tenggara. Sebagai daerah produksi terbesar, tentu potensi ancaman penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika dapat diasumsikan sangat besar. Apalagi pada saat yang bersamaan “tren” peredaran Shabu semakin menggurita di tengah-tengah masyarakat Aceh.

Data BNN menyebutkan, estimasi jumlah penyalahguna narkotika di provinsi Aceh pada tahun 2014 sebanyak 73,201 orang, rangking ke-12 secara nasional, dengan angka prevalensi Aceh sebesar 2.08 persen. 

Untuk menekan angka-angka tersebut, berbagai cara terus dilakukan oleh semua pihak. Termasuk oleh Pemerintah Aceh bersama jajarannya.

Tambo Perang Narkoba sudah di Tabuh, mari menyelamatkan generasi Aceh dari bahaya narkoba. Sebagai tanda bahwa Aceh sudah siap berperang melawan segala kejahatan narkoba. 

Tambo pertama, telah di tabuh oleh Wakil Gubernur Aceh pada saat memberikan sambutan pada acara Refleksi Peringatan Sembilan Tahun Tsunami Aceh, di Taman Ratu Safiatuddin. 

Wagub H Muzakir Mana menyebutkan, “Tsunami buatan manusia tidak kalah dasyatnya dengan tsunami ciptaan Allah Swt, pada 26 Desember 2004. Tsunami ciptaan manusia adalah penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba. Narkoba dapat merusak segala sendi-sendi kehidupan masyarakat Aceh. Yang lebih dahsyat lagi, narkoba dapat mengantarkan Aceh pada titik nadir lost generation (kehilangan generasi penerus bangsa) dalam jangka panjang”. 

Tambo kedua, ditabuh oleh Gubernur Aceh dr H Zaini Abdullah. Beliau dengan tegas menyatakan, saat ini Aceh perang terhadap narkoba. “Setelah berasil keluar dari konflik dan perang yang sangat lama, sekarang kita menghadapi perang yang lebih besar, yaitu Perang Melawan Narkoba.” (Serambi Indonesia, 5/8/2015).

Kedua tambo yang ditabuh itu, baik Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh menandakan pemimpin telah mengajak kita semua untuk ikut mengambil peran dan peduli mencegah penyalahgunaan dan memberantas peredaran gelap narkoba di Aceh. Sebab, bahaya narkoba dapat menghancurkan “kehidupan dan penghidupan umat manusia”.

Lalu kita bertanya..? Kenapa generasi muda yang menjadi prioritas penyelamatan?Jawaban singkatnya adalah karena pemuda adalah penerus masa depan bangsa, penerus Aceh masa kedepan. Lebih dari itu, kaum pemuda sering ditamsilkan, bagaikan matahari di pukul 12 siang yang sinarnya nampak terang. 
Sebuah bangsa akan hebat, jika pemuda-pemudinya hebat-hebat. Begitu juga sebaliknya, jika pemuda-pemudinya lemah, maka jatidiri sebuah bangsa juga akan lemah. 
Ingat..bahwa pahlawan pahlawan kita terdahulu telah berjuang membebaskan bangsa ini dari penjajahan bangsa lain. Sekarang tugas kita semua untuk menjaganya agar Aceh tidak dijajah oleh Narkoba. Karena kita mendambakan pemuda Aceh yang bebas dari Narkoba, menuju era keemasan 2020.

Pun demikian, perang melawan kejahatan narkoba tidak hanya dibebankan pada kaum muda saja. Tentu, membutuhkan kepedulian dan dukungan dari seluruh elemen bangsa dan termasuk perusahaan swasta, pers, dan sektor lainnya.[]
Selengkapnya

Mengenal Ganja dengan Benar dan Efek Bagi Kesehatan

Posted by sulthan on Sabtu, 09 Januari 2016

Berdasarkan bahan asalnya narkoba terbagi dalam tiga golongan, yaitu golongan alami, semi sintesis, dan golongan sintesis. Ganja, opium, daun koka dan sejenis lainnya termasuk dalam narkoba jenis alami.
Daun Ganja Aceh/foto indodrugs
Narkoba alami yaitu jenis/obat yang timbul dari alam tanpa adanya proses fermentasi, isolasi atau proses produksi lainnya. 

Ganja adalah tumbuhan budidaya penghasil serat, namun lebih dikenal karena kandungan zat narkotika pada bijinya, tetrahidrokanabinol yang dapat membuat pemakainya mengalami euforia. Tanaman ganja biasanya dibuat menjadi rokok mariyuana.

Agar terhindar dari penyalahgunaan ganja, kenali ganja dengan benar berserta efeknya bagi kesehatan. Berikut penjelasannya:

Bentuk Daun Ganja
Daun ganja bentuknya memanjang, pinggirannya bergerigi, ujungnya lancip, urat daun memanjang di tengah pangkal hingga ujung, bila diraba bagian muka halus dan bagian belakang agak kasar. Jumlah helai daun ganja selalu ganjil, ada yang 5 helai, 7 sampai 9 helai.

Warna Daun Ganja
Daun ganja berbentuk hijau tua segar dan berubah coklat bila sudah lama dibiarkan.

Cara Penggunaan/Penyalahgunaan Daun Ganja
Daun ganja dihisap dari gulungan menyerupai rokok atau dapat juga dihisap dengan menggunakan pipa rokok. 
"Tren sekarang daun ganja diolah dalam berbagai bentuk makanan dan beredar dipasar-pasar". Maka, berhati-hatilah dalam membeli makanan agar keluarga terhindar dari zat THC dari ganja.
Daun Ganja Mengandung Zat THC
Daun ganja mengandung zat THC yaitu suatu zat penyebab terjadinya halunisasi. Getah yang kering disebut Hasish. Apabila dicairkan akan mendapat minyak yang dikenal dengan minyak kanabis (cannabis). 

THC adalah singkatan dari Tetra-Hydro-Cannabinol. Dalam THC terkandung zat psikoaktif yang berefek halusinasi dan terdapat dalam keseluruhan tanaman ganja, baik daunnya, rantingnya, ataupun bijinya. 

Maka setiap orang yang menyalahgunakan ganja akan terkena efek psikoaktif yang sangat membahayakan.

Efek Daun Ganja
Sedikitnya ada 8 efek berbahaya yang ditimbulkan bagi orang yang menghisap daun ganja, meliputi:
  1. Persepsi waktu dan pertimbangan intelektual maupun moral terganggu;
  2. Nafsu makan bertambah;
  3. Denyut jantung semaki cepat, temperatur badan menurun, mata merah;
  4. Daya tahan tubuh dalam menghadapi prolema jadi lemah;
  5. Malas dan apatis;
  6. Tidak peduli dan kehilangan semangat untuk belajar dan bekerja;
  7. Santai, tenang dan pikiran melayang-layang;
  8. Pikiran selalu rindu pada ganja;
  9. dll
Efek yang sangat paling buruk dar pemakaian ganja secara kronis dapat menyebabkan kanker paru-paru karena pengaruh tar pada ganja jauh lebih tinggi dari kadar tar pada tembau. 

Penggunaan ganja dalam jangka waktu panjang dapat menyebabkan ganguan kejiwaan, bahkan ada yang gila. Orang yang mengkonsumsi ganja berpotensi mengkonsumsi narkotika jenis lainnya, seperti heroin, dan lain-lain. SAY NO TO DRUGS.!!

Referensi:
1. UU No 35 Tahun 2009 tentang Narkotika
2. Buku Pencegahan P4GN
Selengkapnya

Lihatlah ini! Masih Mau Merokok?

Posted by sulthan on Rabu, 06 Januari 2016



Masih mau merokok???

Yang untung perusahaan rokoknya euy.. pemiliknya keliling dunia, pakai mobil super mewah, asset dimana-mana yang merokok sakit aja harus berobat dengan biaya sendiri..

Pria ini sambil memegang jantungnya sendiri yang telah diganti/transplantasi (cangkok) berkata kepada media setelah sembuh dan sukses dalam menjalani operasinya:

"Saya bersyukur masih diberikan kesempatan kedua untuk bisa tetap hidup. Mulai sekarang saya tidak akan merokok dan minum alkohol lagi dan saat ini saya akan ikut mengkampanyekan hidup bebas rokok dan alkohol agar semakin banyak orang dapat hidup sehat dan tak perlu mengalami pengalaman yang begitu menyakitkan seperti saya akibat kerusakan jantung yang saya alami karena kebiasaan buruk saya di masa lampau!!!"

Sayangi hidupmu, karena begitu banyak orang mencintaimu. Jauhi rokok dan alkohol sekarang juga sebelum semua terlambat.

Renungkanlah dan bantu share, semoga sedikit demi sedikit para perokok disekitar anda bisa bersyukur dan sadar bahwa hidup itu sangat berharga. (Sumber: portalpiyungan).

Berhenti merokok sebenarnya sangat gampang kalau ada niat dalam diri. 
Bagi pecandu, merokok adalah obat mujarab untuk membunuh kesepian dan kecanduan, sebaliknya bagi sebagian orang dianggap membawa mudarat yang lebih besar daripada manfaat.

Namun, bagi Anda yang ingin berhenti merokok dan memerlukan tips untuk berhenti merokok, berikut kiat-kiat bercerai dengan rokok.
Selengkapnya

Kasdim Aceh Timur Komit Ciptakan Prajurit Bersih Narkoba

Posted by sulthan

Ratusan prajurit Komando Distrik Militer (Kodim) 0104/Aceh Timur yang juga menyatakan kesiapannya dalam mendukung Badan Narkotika Nasional (BNN) Kota Langsa dalam mensukseskan program Rehabilitasi 100.000 Pecandu/Penyalahguna Narkoba. Kegiatan ini dilaksanakan di Makodim 0104/Aceh Timur, Senin (4/1).

Kasdim 0104/Aceh Timur Mayor Inf Rahmat menyampaikan, Kodim 0104/Aceh Timur siap mendukung dan bekerjasama dengan BNN Kota Langsa dalam mensukseskan gerakan nasional penyelamatan para pecandu dan korban penyalahguna narkoba. Untuk itu, pada kesempatan ini mengumpulkan para Babinsa di tiga wilayah yakni Aceh Timur, Langsa dan Aceh Tamiang.

Selain itu, Kasdim juga menyampaikan, pihaknya juga berkomitmen dalam menciptakan prajurit yang bersih dari penyalahgunaan Narkoba dengan melakukan pemeriksaan tes urine. Tahap pertama sudah dilakukan terhadap para prajurit, dan hasilnya beberapa terindikasi. "Hari ini kita juga melakukan pemeriksaan terhadap perwira pertama dan menengah," ucap Kasdim.

Sementara Kepala BNN Kota Langsa AKBP Navri Yulenny, SH, MH menyampaikan penghargaan kepada Kodim 0104/Aceh Timur yang telah memberikan dukungan dalam mensukseskan gerakan rehabilitasi 100.000 pecandu/korban penyalahguna narkoba. Dengan cara melakukan penjangkauan ke masyarakat di desa desa yang ada di tiga daerah tersebut.

"Tentunya para babinsa yang selama ini bertugas sudah mengenal dengan baik warganya. Siap ya jangkau para penyalahguna Narkoba," ucap Navri, dihadapan ratusan Babinsa.

Navri menyatakan, dengan bantuan para Babinsa ini maka program penjangkauan akan berjalan efektif. Jika menemukan maka silahkan dibawa ke BNN Kota Langsa dan akan diberi layanan rehabilitasi awal di Klinik Pratama. "Setelah itu akan dilihat apa cukup dengan rawat jalan atau rawat inap," jelasnya.

Setelah acara tersebut dilakukan pemeriksaan tes urine terhadap para perwira Kodim 0104/Aceh Timur. Terlihat para perwira melakukan pemeriksaan yang dibantu oleh para staf BNN Kota Langsa. [Release BNNK Langsa]
Selengkapnya

Narkoba Bukan Barang Konsumsi Manusia

Posted by sulthan on Selasa, 05 Januari 2016

Saat ini potret penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika masih dalam kondisi yang belum membahagiakan kita semua. Dimana, jumlah angka prevalensi penyalahguna narkoba semakin meningkat dari tahun ke tahun, penggunanya tidak hanya menyasar pada tingkat remaja dan orang dewasa, tapi sudah merambah sampai sekolah dasar.

Badan Narkotika Nasional (BNN), Polri, dan bersama Penegak Hukum lainnya terus mengungkap dan menangkap para pengedar maupun bandar narkoba. Hasil penengakan hukum tersebut, setiap hari bisa kita baca baik di media cetak, online maupun elektronik. Namun kasus penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba seperti tak pernah berhenti. 


Permasalah narkoba saat ini sudah sangat kompleks, tak hanya di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Tingginya penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba, dipicu oleh banyak hal dan sebab. Dan salah satu penyebabnya, dipengaruhi oleh pola hidup orang zaman sekarang yang individualis, pikir diri sendiri, cuek tetangga, dan jarang peduli dengan lingkungannya. 

Berbeda dengan orang zaman dulu. Dimana, nilai-nilai kearifan lokal, budaya dan adat-istiadat selalu terpelihara sehingga menjadi perekat hidup dalam bermasyarakat dan menjadi media kontrol sosial yang tinggi pada lingkungannya.

Hal-hal yang baik pada zaman dulu, seharusnya kita jaga dan pelihara, agar generasi kita tidak mudah tergusur oleh gaya hidup zaman "salah kaprah". Memang, perkembangan teknologi dan informasi tidak dapat dibendung, bukan berarti kita harus ikut-ikutan dengan “tren” manusia modern, apalagi sampai merusak diri dengan narkoba. 

Berdasarkan data dari berbagai kasus narkoba yang terungkap, yang tertangkap bukan hanya orang-orang dewasa saja. Anak-anak kecil pun mulai ada yang terlibat menyalahgunakan narkoba. Untuk menyelamatkan generasi bangsa, orangtua memiliki peranan yang sangat penting dalam mendidik si anak, agar mereka tidak terjerumus dalam penyalahgunaan obat-obatan terlarang tersebut. 
Fakta menyatakan; “satu orang yang mengkonsumsi narkoba yang menderita satu keluarga”
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan agar si anak terhindar dari narkoba. Berikut cara menjauhkan anak dari narkoba:

1. Membangun Ikatan Emosional dengan Anak-anak.

Membangun ikatan emosional dengan anak-anak sangat penting, terutama dengan anak yang memiliki masalah mental atau mengalami kesulitan mengelola emosi.


Sering sekali, anak yang emosinya terlalu tinggi memiliki risiko lebih tinggi terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba dan minuman beralkohol. Untuk itu, sebagai orangtua perlu membangun dukungan emosional dari keluarga sejak dini.

Misalnya, dengan mengajak anak-anak mengobrol, mengajak anak-anak pergi berlibur bersama setiap akhir pekan, dan melakukan kegiatan positif lainnya bersama si anak.

Para ahli dari Colombia University menunjukkan bahwa anak-anak yang memiliki ikatan emosional yang baik dengan orang tuanya, memiliki kesempatan makan malam bersama keluarga cenderung tidak terjerumus pada penggunaan obat-obatan terlarang atau minuman keras.

2. Bicarakan Bahaya Narkoba. 

Para ahli di Phoenix House Foundation mengatakan agar orangtua segera berbicara dengan anaknya sebelum mereka berkesempatan menggunakan obat-obatan terlarang. Upaya ini bisa kita lakukan sebelum si anak memasuki SMA (Sekolah Menengah Atas). Selain itu, lakukan pendidikan dini kepada anak tentang bahaya Narkoba. Sehingga si anak tahu, paham dan mengerti ketika ia di iming-iming barang haram tersebut.

3. Tetapkan Batas yang Jelas.
 
Sebuah survei nasional terkait penggunaan obat dan kesehatan tahun 2010 di Amerika, menunjukkan sebanyak 89,6 persen remaja usia 12-17 tahun melaporkan bahwa orangtua mereka menolak keras penggunaan ganja, meski hanya mencoba sekali atau dua kali. Hal itu juga bisa kita terapkan pada si anak. Selain memberikan pengetahuan tentang bahaya narkoba, kita juga harus memberikan aturan yang jelas pada anak.

4. Memberikan Contoh Kasus yang Nyata.

Selain memberikan pengetahuan tentang bahaya narkoba, Anda juga jangan malu untuk memberikan contoh terkait masalah narkoba. Anda bisa mengobrol dengan si anak mengenai tetangga atau orang lai yang pernah menggunakan narkoba. Ceritakan kepadanya mengenai dampak yang didapat si pengguna narkoba. Dengan begitu, si anak akan lebih mudah memahami dan mengerti bahaya narkoba.

5. Menghadapi Masalah dengan Cepat.

Jika si anak ketahuan menggunakan obat terlarang atau bahkan masih dalam batas mencurigai, maka alangkah baiknya agar orangtua segera mengambil tindakan. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang mencoba narkoba pada usia muda, memasuki masa dewasanya berpotensi menjadi seorang pecandu, dan berpeluang menjadi bandar dan pengedar.

Untuk itu, sebagai orangtua harus segera mengambil tindakan untuk membantu si anak, jika ada tanda-tanda yang mencurigakan. Lakukan dengan komunikasi yang baik, jangan kedepankan emosi kepadanya. Orangtua harus berbicara baik-baik dan memberikan motivasi agar si anak bisa berubah. Itulah beberapa cara menghindari anak dari narkoba.

Selain dengan cara-cara diatas, setiap orangtua sedini mungkin selalu mengawasi si anak, seperti pergaulannya agar mereka tidak terjerumus kedalam narkoba. Anak yang bebas dari penyalahgunaan narkoba, masa depannya akan lebih cerah.

Anak adalah asset agama, keluarga, bangsa dan negara di masa depan. Suatu saat mereka akan tumbuh menjadi pemuda-pemuda terbaik. Maka, pemuda seringkali di elukan sebagai harapan bangsa.

Pemuda juga ditamsilkan bagaikan matahari di pukul 12 siang yang sinarnya nampak terang. Bahkan kemerdekaan Indonesia pun tak lepas dari peran kaum pemuda. Pemuda yang hebat pasti akan mampu mengubah bangsanya menjadi bangsa yang mandiri, lebih hebat dan sejahtera. 

Hidup Sehat Tanpa Narkoba, Narkoba bukan barang konsumsi Manusia.! 

Sumadi arsyah/dbs
Selengkapnya

Kisah Pecandu Narkoba dari Lapak Eungkot Masen

Posted by sulthan on Sabtu, 02 Januari 2016

“Itu masa-masa paling kelam dalam hidup saya,” ujar Andi (bukan nama sebenarnya) singkat membuka kisahnya.

“Teuma ta preh le siat. Nyoe teungoh lon peu pisah bileh leubot ngon kareng tho (Tapi tunggu sebentar. Saya pilah-pilah teri yang masih agak lembab dengan yang sudah kering dulu),” sambungnya lagi.

Sabtu siang (17/5/2015), Andi tengah melakukan rutinitasnya sebagai penjual ikan asin di emperan sebuah toko kelontong di pasar kota kecamatan pesisir Kabupaten Pidie Jaya. Tangannya asyik menyortir kareng tho (teri kering) dari sebuah keranjang rotan untuk kemudian dimasukkannya dalam sebuah kantong plastik biru. Dengan cekatan ia memilah-milah bilis kering yang tumpukannya mengerucut ke atas seperti bentuk gunung.

Andi (38) adalah seorang ayah dari dua orang anak. Bekerja menjadi penjual ikan asin sejak 2012. Ia adalah seorang bekas pecandu narkoba. Sekaligus bekas pengedar barang haram yang telah mengalami masa-masa paling buruk dalam hidupnya. Hari itu, di antara lalu lalang orang-orang di pasar kecamatan, Andi membeberkan pahit getir hidupnya selama menjadi pecandu dan pengedar narkoba.

Usai memilah-milah teri kering, Andi bergegas. Keluar dari lapak jajaan ikan asinnya menuju sebuah warung kopi. Ada dua meja yang ditata membentuk huruf L di lapaknya. Berbagai jenis ikan asin tersusun rapi di atasnya. Ada tenggiri, teri kering, bileh leubot, dan beberapa jenis ikan lainnya yang semuanya telah diasinkan. Baunya khas. Menguar menusuk hidung.

Andi kembali ke lapaknya dengan membawa dua gelas kopi. “Han paih ta peugah haba meunyo hana kupi, (Tidak asyik ngobrol tanpa kopi),” ujarnya sembari menyodorkan segelas kopi. Kini ia duduk kembali di lapaknya, menyulut sebatang rokok, bercerita, sambil sesekali menyeruput kopi.

“Lon ka ku piep bakong mulai glah 2 SMA, (saya sudah mulai nge-ganja sejak kelas II SMA),” ujar Andi memulai kisahnya.

“Tapi ya itu. Jika saya ceritakan masalah ini, pikiran saya akan balik lagi ke masa-masa paling pahit dalam hidup. Masa paling celaka dalam hidup. Namun tidak masalah. Kadang cerita saya ini bisa jadi obat untuk orang-orang lain. Setidaknya bisa diambil iktibarlah,” sambung Andi lagi.

Andi adalah anak semata wayang bagi sepasang suami istri yang hidup mapan di sebuah kota kecamatan. Ayahnya yang bekerja sebagai pegawai negeri di kantor camat adalah seorang keturunan Ampon (Teuku, istilah bangsawan Aceh) yang memiliki beberapa petak sawah dan kebun di beberapa kampung. Ibunya juga pegawai negeri, bekerja di Puskesmas kecamatan. Bagi Andi, kedudukan dan pekerjaan dua orang tuanya, adalah anugerah hidup yang secara finansial bisa dinikmatinya sekehendak hati.

Pertengahan 1990-an, ketika sepeda motor masih agak jarang berseliweran di kota kecamatan, Andi sudah memiliki sepeda motor pribadi. Tidak tanggung-tanggung, ia dibeli orang tuanya, satu unit sepeda motor bebek keluaran terbaru, Kawasaki Kaze. Masa itu, sepeda motor yang sudah agak umum hanya sebatas merk Honda Astrea. Maka memiliki Kawasaki Kaze, yang body, kecepatan, dan tampilannya terlihat lebih wah dari yang lain, adalah tongkrongan yang melejitkan prestis Andi dalam pergaulannya.



“Kawasaki Kaze itu dibeli ayah sebagai hadiah saat saya naik kelas II SMA dengan meraih rangking II. Masa nyan meu soe-soe sinyak yang ek honda. Peu lom di ek honda merek Kawasaki Kaze, (Masa itu tidak sembarang orang punya sepeda motor. Apa lagi punya sepeda motor Kawasaki Kaze)” kenang Andi.

Namun, sepeda motor yang dihadiahkan orangtuanya sebagai penghargaan dan motivasi baginya untuk terus berprestasi di sekolah, malah mengantarkan Andi masuk dalam dunia ‘lain’. Sejak kelas II SMA, sejak memiliki sepeda motor pribadi, Andi mulai meluaskan pergaulannya. Teman-temannya sudah tidak lagi sebatas teman-teman sekolah yang sekaligus menjadi teman mengaji dan teman main bolanya sehari-hari. Ia sudah bergaul dengan teman-teman di kecamatan lain. Bahkan hampir tiap minggu ia pulang pergi ke ibukota kabupaten yang jaraknya sekitar 30 menit mengendarai sepeda motor. Ia bolak balik ke sana tidak lain kecuali sekadar nongkrong dengan teman-temannya yang baru

Jangkauan pergaulannya yang semakin luas dengan mengandalkan hadiah orangtuanya itu adalah titik balik bagi hidup Andi. Keluarga mapan, yang mengelukan anak laki-laki semata wayangnya yang sejak SMP telah menoreh banyak prestasi. Seperti menjadi gelandang inti tim sepakbola junior kecamatan, peserta cerdas cermat mewakili sekolah dan TPQ dalam berbagai perlombaan, anggota tetap grup dalail khairat yang saban bulan maulid mendapat undangan meudikee di kampung-kampung, mulai meredupkan sinarnya sejak saat ini.

Sejak sepeda motor di tangan, seperti penggalan lirik lagu pengamen cilik yang sempat heboh di media sosial, Andi sekarang bukan Andi yang dulu lagi. Andi dengan Kawasaki Kaze-nya yang mentereng sudah melebarkan langkahnya dalam pergaulan-pergaulan yang sedikit lebih bebas tenimbang sebelumnya. Jika sebelumnya tak pernah menghisap rokok, kini sudah mulai mencoba-coba menghisapnya. Alasannya saat itu, untuk menghargai teman-teman lain yang merokok ketika nongkrong.

Tidak tanggung-tanggung, pertama sekali masuk dalam dunia barunya ini, Andi langsung mencoba ganja. Bukan rokok. “Waktu itu, ya, saya kelas dua SMA. Saya mulai sering nongkrong di kota kabupaten. Di sanalah pertama sekali saya menghisap. Bukan hisap rokok. Tapi langsung hisap ganja,” terangnya sambil menyungging senyum.

Lantas, bermula dari coba-coba, sebagai alasan untuk menghargai pemberian gratis teman-teman barunya yang hampir semuanya nyimeng (hisap ganja), Andi mulai terlibat dalam dunia ganja. ‘Karir’ Andi dalam dunia bisa dikatakan narkoba berawal dari sini.

Namun, Andi yang memang sejak kecil dididik oleh dua orangtuanya yang berpendidikan, ‘kegiatan’ barunya di kecamatan lain, dan di ibukota kabupaten tidak mempengaruhi prestasinya di sekolah. Setidaknya sampai ia duduk di bangku kelas III, rangkingnya masih selalu masuk dalam lima besar tiap caturwulan.

“Kelas III SMA, saya sudah mulai kecanduan. Kalau pertamanya saya nyimeng masih di luar kecamatan sendiri, kelas III SMA saya mulai gabung dengan anak-anak di kampung-kampung tetangga. Waktu itu, ayah dan ibu tidak pernah curiga. Saya masih dapat rangking di sekolah. Kecuali memasuki cawu II, nilai rapor saya sudah mulai anjlok. Untung saya bisa lulus SMA,” kenang Andi.

Setamat SMA, Andi sudah benar-benar larut dalam dunia barunya. Ditambah lagi dengan diterimanya ia di sebuah kampus negeri di Banda Aceh, membuat Andi semakin leluasa melebarkan sayapnya.

Andi candu. Telah menjadi pencandu. Sehari tidak nyimeng, sakaunya tidak ketulungan. Dan itu harus segera dilampiaskan. Persoalan dari mana ia dapat ganja tak pernah jadi masalah baginya. Kiriman biaya kuliah dari orangtuanya ditambah alasan biaya ini-itu untuk keperluan kuliah tiap bulannya membuat Andi tak pernah kehabisan uang untuk pemenuhan kebutuhannya itu.

Semester-semester awal kuliah, Andi masih berkutat dengan ganja. Ia melewati hari-harinya dengan teman-teman yang semuanya terlibat dalam dunia ganja. Sampai kemudian, oleh temannya yang datang dari luar mengenalkan jenis barang haram lain kepadanya: Putaw. Jenis narkoba yang dipakai dengan cara menyuntik ke urat nadi si pemakai.

Putaw adalah ‘makhluk’ yang membuat Andi semakin terjerumus. Dengan barang ini kehidupan Andi makin terpuruk. Kuliahnya kian terbengkalai. Dengan putaw, sakaunya jadi berlebih. Hari-hari tanpa putaw adalah hari-hari jahanam. Perih. Itu sebabnya, ia semakin berusaha mendekatkan diri dengan para pengedar, berhutang pada mereka, yang secara tidak sadar menuntutnya untuk terus mengantongi dana segar setiap waktu. Di sini, Andi mulai bersiasat. Kuliah bukan lagi fokus utamanya. Bahkan uang untuk pembayaran iuran semester ia jadikan modal jualan ganja. Keuntungan dari jualan gelapnya tidak lain untuk bisa membeli putaw pada pengedar lain.

Tahun 1997 Andi ‘resmi’ menanggalkan almamater kuliah. Uang iuran semester yang dikirim orang tuanya dari kampung, telah ia gunakan jadi modal awal untuk kelak ia menjadi salah satu bandar ganja di lingkungan kampus. Semua itu tentu saja tanpa sepengetahuan ayah dan ibunya.

“Semester V, saya benar-benar nekad. Uang yang dikirim dari kampung buat bayar SPP malah saya gunakan sebagai modal beli ganja untuk kemudian saya jual lagi. Waktu itu, saya benar-benar seperti orang yang telah hilang kesadaran,” ujar Andi lirih.

Sejenak Andi terpekur setelah mengisahkan awal mula ia putus kuliah. Rokok yang terjepit di antara jari tengah dan jari telunjuk diputar-putarnya sekian menit lamanya. Andi terdiam. Lapak tempat ia berjualan ikan asin sejenak senyap, seperti sebuah adegan slow motion dalam film. Tapi sekawanan lalat yang berdengung terbang dan hinggap di atas tumpukan ikan asin membuyarkan lamunannya serta menghentikan putaran rokok di kedua jarinya. Dengan cepat ia hela kawanan lalat itu menggunakan sebatang tongkat kecil yang di ujungnya diikat daun pisang yang telah digerut dalam helai-helai kecil.

Dua orang wanita yang dari penampilannya bisa ditebak adalah ibu-ibu muda, berhenti di depan lapak Andi. Kepada calon pembeli ikan asinnya Andi tersenyum ramah. Dengan sabar ia menawarkan barang dagangannya sambil mengibaskan seliweran lalat yang masih berterbangan di sekitarnya.

“Nyoe Buk, bileh leubot. Meunyo ta crah cukop meurasa. Abeh bu ubena buet yah si agam meunyo keunong bileh teu crah. Hana muhai, Buk. Limong ribe rupia saboh tumpok. (Ini Bu, teri setengah kering. Cocok ditumis. Habis nasi tak terkira sama si Bapak di rumah kalau tumis teri jadi lauk. Tidak mahal, Bu. Rp5000 setumpuk),” terang Andi pada pelanggannya.

Si ibu muda yang ditawari Andi terpikat. Dua tumpuk teri setengah kering itu dibelinya untuk dibawa pulang. Temannya satu lagi tampak termangu. Memandang lekat ke wajah Andi tanpa sekalipun menoleh tempat lain selama menunggu temannya bertransaksi. Barangkali ia bergumam dalam hati, “Orang seganteng ini kok mau jualan ikan asin, ya?”

Dari segi penampilan, Andi memang tidak cocok duduk di belakang lapak jualan ikan asin. Berkulit sawo matang, wajah tirus di padu hidungnya yang mancung serta jambang yang turun menyatu dengan jenggot dan kumis yang membingkai bibirnya, sekilas ia hampir mirip dengan wajah Muzakkir Manaf, Wakil Gubernur Aceh sekarang. Cara ia berpakaian pun, sama sekali tidak menunjukkan layaknya penjual ikan asin kebanyakan. Celana jeans dipadu kemeja lengan panjang yang dilipat sampai siku yang dipakainya siang itu menunjukkan ia cukup parlente untuk seorang penjual ikan asin.

Pelanggan yang singgah di lapaknya berlalu. Andi melanjutkan kisahnya, setelah memasukkan selembar uang Rp10.000 dalam kantong plastik kecil merah jambu. Ia seruput kopi untuk sekian kali. “Ya beginilah, cara saya cari nafkah sekarang. Banyak orang yang kenal orang tua saya kaget ketika melihat saya jualan ikan asin begini. Tapi untuk nafkah anak istri tidak ada istilah gengsi,” ujar Andi sambil menyulut lagi sebatang rokok yang baru.

Kisahnya berlanjut. Andi kembali bercerita bahwa fase ketika ia memutuskan diri menjadi bandar ganja adalah fase yang menjelaskan bagaimana dari sini ia semakin terjerembab dalam jurang keterpurukan. Fase ini sama halnya seperti dalam penggalan lirik lagu Dik Doank berjudul 180 Derajat; //Dulu olahragawan/sekarang bandar narkoba//Dulunya gemuk/sekarang junkies habis//.

Ya, masa ini, Andi telah meninggalkan semua hobinya yang dulu. Sepakbola, membaca, nongkrong di keramaian, sudah berganti dengan aktivitasnya yang tak jauh-jauh dengan dunia narkoba. Badannya yang dulu tegap berubah ceking, kurus kering. Ia sudah lupa bagaimana mengurus dirinya. Ia sudah jarang pulang ke kampung, pun jaraknya sekitar 170 km dari Banda Aceh. Orang-orang dekatnya telah menjauh, atau memang aktivitasnya itulah yang membuatnya menutup diri kepada siapa pun.

“Sejak main dengan barang suntik itu, saya sudah benar-benar lupa diri. Bisa dikatakan sudah tidak kenal siapa diri saya lagi. Jika sudah tak cukup uang untuk beli putaw, barang-barang dalam kamar kost jadi tumbal. Semuanya saya jual satu-satu,” kenang Andi.

Andi mengaku, walau pun ia telah ‘membuka usaha’ haramnya dengan menjual ganja secara diam-diam itu tetap saja uang yang dibutuhkannya tidak pernah cukup. Barang pertama yang ia jual adalah sebuah tape recorder merk SONY. Kemudian berlanjut ke barang-barang lain, mulai dari jam tangan, baju, celana jeans, hingga sepatu. Masa-masa ini ia sudah sering bolak balik Banda Aceh – Medan. Hampir setiap bulan ia pergi ke Medan. Di sana, ruang geraknya untuk ‘mengobati’ sakau terasa lebih bebas tenimbang di Banda Aceh. Di sana pula ia mengakrabkan diri dengan dunia malam. Narkoba juga menjerumusnya main perempuan.

Hari-hari yang digeluti Andi yang penuh dengan gelimang dosa itu kemudian menunjukkan imbasnya. Petaka yang tak pernah dipikirkannya mulai hadir dalam hidupnya secara bertubi-tubi. Tahun 2000 Andi dapat kabar dari beberapa temannya bahwa ia sedang dicari-cari polisi. Polisi sudah mengendusnya sebagai salah satu bandar ganja di kawasan kampus. Mendengar kabar buruk itu, tak ada jalan lain kecuali pindah tempat tinggal. Hari itu juga ia lari ke Medan.

Di sana dengan modal mengajinya dulu, ia tinggal sebuah surau menjadi semacam asisten bilal. Di surau ini, sesekali ia jadi muazin mengumandangkan waktu shalat tiba. Bahkan pada dua-tiga bulan pertama ia ngumpet di rumah ibadah ini Andi mengajarkan dalail khairat kepada anak-anak tingkat SMP selepas mereka mengaji. Apakah Andi sudah taubat? Tidak.

Lebih celaka, kebiasaan buruknya, sebab sakau dan butuh uang segar, Andi malah menggunakan kegiatan keagamaannya di sini sebagai modus usaha gelapnya. Surau ini ia jadikan tempat persembunyian sekaligus tempat menjalankan usaha haramnya. Mengandalkan koneksi dunia gelapnya, di surau ini Andi menyimpan ganja dan putaw di mana sesekali pelanggannya datang satu-satu membeli barangnya.

Namun, sepandai-pandai menyimpan bangkai, busuknya akan terendus juga. Sekitar tujuh bulan ia tinggal di surau itu, Andi ketangkap tangan sedang menjual ganja oleh polisi. Barang bukti sekitar setengah kilogram ganja yang dipacking rapi di bawah tempat tidurnya membuat ia tak bisa berkutik sama sekali. Melewati interogasi, pengadilan, akhirnya ia dijebloskan dalam penjara.

Penangkapan Andi adalah awal dari semua petaka. Ayahnya murka, sekaligus shock. Ibunya lebih-lebih. Kesehatan keduanya mulai terganggu mulai saat ini. Pengurusan pengadilan hingga penentuan vonis anak semata wayang mereka telah menggerus energi dan harta keluarga. Sepetak demi sepetak sawah dan kebun dijual untuk pengurusan pengadilan yang masa itu agak terbelit-belit.

Lantas vonis itu jatuh juga. Andi harus mendekam dalam penjara selama 7 tahun. Itu pun setelah urus sana-sini oleh dua orangtuanya yang menghabiskan banyak harta. “Penjara adalah neraka. Narkobalah yang menyebabkan saya masuk neraka dunia,” ujar Andi lirih.

Air muka Andi berubah ketika ceritanya sampai di fase ini. Mimiknya murung. Sesekali ia menunduk sambil menghisap rokoknya dalam-dalam. “Kau tahu? Selama di penjaralah dua orang tua saya meninggal. Tahun 2002 ayah saya meninggal karena sakit. Kemudian sebelum tsunami, awal Desember 2004 ibu saya juga meninggal,” terang Andi dengan mata berkaca-kaca.

Di penjara, Andi hanya bisa meratap. Dua orang tuanya yang meninggal hanya bisa didengar kabarnya tanpa bisa pulang untuk sekadar melihat pemakaman mereka. “Kiban lom lon peugah dosa lon nyoe. Dan nyan hana laen, cit ngon gara-gara narkoba nyan,” sambung Andi dengan mata berlinang.

Ceritanya terputus. Lama Andi terdiam sambil terpekur. Sesekali ia mengurut pelan keningnya. Pekurnya yang semakin dalam tanpa sedikit pun mendongakkan wajahnya untuk sekian menit lamanya jelas menunjukkan bagaimana Andi seperti menanggung dosa seumur hidupnya. Bahkan seorang calon pembeli ikan asinnya tidak ia acuhkan sama sekali.

“Allahu akbar,” ucap Andi lirih seperti ingin membuyarkan lamunannya sendiri. “Tujuh tahun saya dalam penjara akibat ulah saya sendiri. Imbasnya, jangankan untuk bisa melihat jenazah ayah-ibu saya untuk yang terakhir kali, menghadiri pemakamannya saja saya tidak bisa,” sambung Andi lagi dengan mata berbinar.

Andi mengaku saat mendengar kabar ibunya meninggal, ia seperti ingin bunuh diri saja. Sekian tahun di penjara, ia hanya bisa mengutuk diri sendiri. Menyesali hidupnya. Menyesali bagaimana ia telah berkhianat pada harapan dan kasih sayang tulus dua orang tuanya. Yang sekali pun ia telah berbuat nista, masih mau mengurusi tetek bengek urusan pengadilan sampai harus kehabisan harta mereka bahkan masih tetap mau menjenguknya di penjara saban bulan.

Tahun 2007 Andi bebas. Ia langsung pulang ke Aceh. Tapi tak langsung pulang ke kampung halaman. “Yang pertama saya pikirkan waktu keluar penjara tidak lain kecuali ingin cepat-cepat sampai di kuburan ayah ibu saya. Tapi bagaimana saya bisa berziarah jika cap pendosa masih tercetak di dahi saya?” ujar Andi.

Pertanyaan itu ia jawab sendiri dengan belajar agama di salah satu dayah (pesantren tradisional) di Lhok Nibong, Aceh Timur. Ia memilih menunda berziarah ke kuburan orang tuanya sebelum bertaubat dengan sebenar-benarnya taubat. Tiga tahun belajar agama di dayah, Andi pulang kampung dengan sambutan cemoohan sanak kerabat dua orang tuanya. Bagi keluarga besarnya, ia adalah pendosa terkutuk. Narkoba tidak hanya berimbas pada dirinya sendiri, tapi dianggap sebagai sebab dua orang tuanya meninggal dunia, yang selama hidup mereka cukup dihormati di kalangan keluarga besar.

“Cemoohan famili dan orang-orang kampung adalah klimaks dari semua derita atas ulah saya sendiri. Bahkan saat saya berziarah ke kuburan ayah ibu pun saya pernah mendengar celetukan orang, ‘peu ka dipeulaku aneuk durhaka nyan bak kubu ma ngon yah jih (apa yang mau dibuat anak durhaka itu di kuburan ayah ibunya.’ Mendengar itu saya hanya bisa menangis,” kata Andi dengan linangan air di kelopak dua matanya.

Sejak saat itu, Andi membuat keputusan. Harta warisan orangtuanya yang tinggal dua petak sawah dan sepetak kebun ia wakafkan semuanya ke masjid pemukiman. Rumahnya orang tuanya ia jual, di mana sebagian besar uangnya ia bagikan kepada seluruh kerabatnya, ia sumbangkan ke masjid.

“Waktu itu, banyak orang curiga saya ingin membersihkan nama saya saja. Tapi saya serahkan itu semua pada Allah ta’ala. Yang jelas saat itu saya bertekad, saya akan hidup mandiri. Saya tidak akan tinggal lagi di kampung orang tua saya dan memilih tinggal di kota kecamatan ini,” terang Andi.

Setelah membuat keputusan yang tidak disangka-sangka oleh sanak keluarga dan orang-orang kampungnya, Andi pindah ke kota kecamatan. Perbuatan nista sebagai pecandu narkoba yang ia tanggalkan tetap menyisakan cemoohan dari orang-orang. Tapi dengan tekad bulat, memanfaatkan sisa uang hasil penjualan rumah orang tuanya ia berdikari dengan menjadi penjual ikan asin hingga saat ini. Hingga ia telah menjadi ayah bagi dua orang anak seperti sekarang, di mana di lapak ini pulalah ia pertama sekali mengulang kembali sejarah kelam hidupnya di dunia narkoba.

“Semoga cerita pahit saya ini bisa diambil iktibar bagi anak-anak muda sekarang,” kata Andi menutup kisahnya.[]

Oleh Reza Mustafa, Komunitas Kanot Bue.
Selengkapnya

Ayo Bersama Mencegah dan Memberantas Narkoba!

Posted by sulthan

Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika pasal 104 mengamanatkan bahwa masyarakat mempunyai kesempatan yang seluas-luasnya untuk berperan serta membantu pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan Prekursor Narkotika. 

Merujuk dari pasal tersebut diatas, masyarakat diberikan peran oleh negara untuk melakukan kegiatan membantu Pencegahan, Pemberantasan,
Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkotika (P4GN). Peran ini diamanatkan oleh UU karena begitu kompleknya permasalahan narkoba di Indonesia, apalagi saat ini Indonesia sudah berstatus darurat narkoba.

Partisipasi masyarakat sangat diharapkan berperan aktif di lingkungan masyarakat untuk bersama mencegah dan memberantas narkoba. Kegiatan partisipatif ini dapat diwujudkan dengan berbagai kegiatan positif didalam masyarakat. Peran tokoh maupun orang memiliki kharismatik didalam lingkungan masyarakat begitu penting untuk mengajak berbagai elemen yang ada ditengah tengah masyarakat. 

Tokoh masyarakat dapat menggerakkan kegiatan kepemudaan untuk melakukan kegiatan-kegiatan positif dengan melibatkan pemuda-pemudi yang ada ditengah masyarakat. Peran ibu-ibu PKK juga memiliki fungsi tersendiri dalam mencegah dan memberantas narkoba. Ibu-ibu PKK dapat memberikan informasi secara langsung maupun tidak langsung kepada ibu-ibu rumah tangga ditempat mereka tinggal, sehingga informasi tentang bahaya narkoba dapat diterima disemua lapisan masyarakat.

Ketika informasi tentang bahaya narkoba telah dapat dipahami dengan baik oleh semua lapisan masyarakat khususnya Kepala Keluarga/ orang tua, maka peran tokoh masyarakat dapat diambil alih oleh masiang-masing orang tua, dimana peran orang tua untuk berkomunikasi dengan anak-anaknya akan lebih dapat diterima oleh anak-anaknya daripada orang lain.

Sebagai orang tua, kita harus dapat menerangkan dengan menarik untuk menanamkan perilaku hidup bagi anak-anak kita. Misalnya asupan makanan/ minuman apa yang baik bagi tubuh mereka dan asupan makanan/ minuman apa yang berbahaya bagi tubuh mereka. Ini akan mempertajam kesadarannya akan tubuhnya sendiri yang harus ia rawat dengan baik bagian luar dan dalamnya. Pengetahuan mengenal fungsi dan kekuatan/kelemahan tubuhnya sendiri, harus diberitahu. 

Perilaku hidup sehat akan paling manjur hasilnya bila diajarkan sedari anak kita masih kecil, sedini mungkin. Karena apa saja yang ia pelajari sewaktu kecil akan melekat selamanya di memori otaknya. Menanamkan kesadaran hidup sehat dengan berolah raga secara rutin (yang tentunya harus juga diterapkan oleh kedua orang tua mereka), menjadi kelanjutan dari langkah sebelumnya tadi. 

Orang tua seyogianya menjadi role-model bagi anak-anak mereka, harus memberikan contoh yang baik bila ingin anaknya berperilaku baik. Sering kali kita sebagai orang tua lupa bahwa anak kita belajar dari tingkah laku dan perilaku kita yang mereka lihat dan perhatikan setiap harinya dari bayi sampai remaja. 

Anak-anak kita belajar, meniru, dari orang yang sehariannya berada paling dekat dengan mereka. Seringkali orang tua tidak menyadari anaknya terlibat penyalahgunaan narkoba. Mereka biasanya baru sadar jika anak mengalami over dosis. Sebagai orang tua, upaya pencegahan masih bisa dilakukan salah satunya dengan mengenali sejak dini penyalahgunaan narkoba pada anak.

Seperti apa gejalanya? Menurut psikolog A. Kasandra Putranto, dari Kasandra Associates Jakarta, ada beberapa ciri fisik dan perilaku yang bisa dilihat jika anak sudah terlibat penyalahgunaan narkoba yaitu: 

(a). Mata merah, ini menjadi ciri fisik yang paling sering terjadi untuk semua jenis pemakaian narkoba; 

(b). Bau badan, biasanya pemakai berkeringat dan memiliki bau badan khas atau menyengat. Mereka yang memakai putaw biasanya jarang mandi dan baju yang dipakai itu-itu saja. Selain itu rambut lebih terlihat berminyak dan mudah rontok; 

(c). Pernapasan lambat dan dangkal. Hal ini menyebabkan pemakai mengambil napas cepat seperti setelah berolahraga. 

Selain ciri fisik, ada juga perilaku yang mengindikasikan seseorang mulai menggunakan narkoba, diantaranya: 

(a). Aktivitas tidur terganggu, pengguna narkoba biasanya sering tidur atau bermalas-malasan sepanjang hari atau sebaliknya; 

(b). Perubahan perilaku makan dan minum, mereka bisa menjadi seseorang yang tidak menyukai makan atau makan secara berlebih; 

(c). Menjadi pribadi emosional dan sensitive, pemakai narkoba lebih cepat tersinggung. Kesalahan kecil dari orang lain dianggap sebagai masalah besar yang mengganggu kepentingannya; 

d). Kekacauan cara berpikir, bagi mereka yang rutin menggunakan obat terlarang, biasanya cara berpikirnya kacau dan sulit berkonsentrasi; 

(e). Perubahan peer, lingkungan pergaulan mereka lama-lama akan berubah drastis, dan

(f). Kebutuhan uang bertambah, pemakai narkoba biasanya mulai merongrong keluarga untuk menyediakan uang untuk membayar sesuatu.

Selengkapnya